Oleh:
Shirley Hadisandjaja
Dari
Vatikan kita telah menyaksikan pada hari ini 19 Maret, pada Hari Pesta Santo
Yosef, Pelindung Gereja Universal, Pengukuhan Tahta Kepausan Bapa Suci Fransiskus.
Lautan umat
datang ke Lapangan Santo Petrus untuk menghadiri Misa awal masa kepausan Paus
Fransiskus. Sejak dari pukul 6 pagi tadi sudah ada antrian memasuki Lapangan. Anak-anak.
Orang-orang muda, orang-orang dewasa, orang-orang lanjut usia, orang-orang
sakit, para biarawan dan biarawati serta para delegasi internasional dari
berbagai penjuru dunia, melambaikan bendera masing-masing Negara, selain
bendera Italia, ada juga dari Amerika Serikat, India, Indonesia, Cina, Meksiko,
Polandia, Jerman, Spanyol dan Australia. Yang tebanyak tentu saja bendera
Argentina, kebangsaan Paus Bergoglio.
Selain daripada para peziarah, hadir pula 132 kepala
negara dan pejabat pemerintahan serta para wartawan dari 81 negara.
Di dalam Homili-nya pada hari ini Paus Fransiskus yang
sederhana dan lembah-lembut itu juga menampakkan keteguhan dan ketegasannya seperti
halnya pendahulunya, Benediktus XVI.
Pada awal Homili, Paus Fransiskus memberikan Salam dan
mengingat Paus emeritus Benediktus XVI-Joseph Ratzinger, mengartikan suatu “kebetulan
yang amat kaya akan pemahaman” kenyataan bahwa pada hari ini adalah pesta nama
dari “pendahulu yang terhormat”. Ia melanjutkan, “Kita dekat dengan dirinya
dengan doa, penuh dengan kasih dan penghargaan”.
Kemudian Paus menjelaskan bahwa “Allah tidak
menginginkan sebuah rumah yang dibangun atas dasar manusia, namun menginginkan
kesetiaan kepada firmanNya, kepada rencanaNya, dan Allah sendirilah yang
membangun rumah itu, tetapi dari batu-batu yang hidup yang ditandai oleh RohNya”.
Paus mengingat Santo
Yosef yang “menjawab kepada panggilan Tuhan dengan kesediaan dan kesiapan dan
pusat dari bakti Kristiani adalah Kristus, oleh karena itu, mari kita memelihara
Dia di dalam hidup kita untuk memelihara orang lain dan karya penciptaan”.
Paus
kemudian mengatakan, “Bakti untuk memelihara tidak hanya melihat kita umat
Kristiani. Santo Fransiskus Assisi mengajarkan untuk menghargai setiap makhluk
hidup, lingkungan hidup.” Paus mengajak kita untuk “menghargai setiap orang,
setiap individu, khususnya anak-anak, orang-orang lanjut usia, orang-orang yang
paling hina dan lemah dan yang sering kali ada di pinggiran hati kita”. Untuk
menjadi pemelihara di dalam segala situasi manusiawi: “sebagai orangtua,
sebagai suami-istri, dan sebagai sahabat, di dalam kepercayaan satu sama lain,
di dalam penghargaan satu sama lain dan di dalam kebaikan”.
Ia
melanjutkan, “Kebencian, keirihatian, kesombongan mengotori kehidupan!
Memelihara berarti menjaga perasaan-perasaan kita, hati kita, karena dari
sana-lah lahir intensi-intensi yang baik dan buruk: yang membangun dan yang
merusak! Janganlah kita merasa takut akan kebaikan, bahkan akan kelembutan!”.
Di dalam
menjalankan pelayanannya, Paus melihat kepada “Santo Yosef yang rendah hati dan
nyata dan seperti dirinya merangkul semua kemanusiaan”, kemudian ia mengingat
penghakiman akhir dari Injil Santo Matius, “tentang belas kasih: siapa yang
lapar, yang haus, orang asing, yang telanjang, yang sakit, yang dipenjara.
Hanya dia yang melayani dengan belas kasih –katanya- tahu bagaimana memelihara”.
Paus
kemudian melanjutkan bahwa, “Tugas dari Uskup Roma, Penerus Petrus, melibatkan
juga sebuah kekuasaan karena Yesus telah memberikan kekuasaan kepada Santo
Petrus, tetapi kekuasaan yang sesungguhnya adalah pelayanan dan Paus juga demi
melaksanakan kekuasaannya harus lebih masuk lagi ke dalam pelayanan itu dan
menerima dengan rasa kasih dan kelembutan seluruh kemanusiaan, terutama yang
paling miskin, yang paling lemah, yang paling kecil”.
Paus juga
mengingat Santo Paulus, “Pada masa ini juga di hadapan banyak langit kelam,
kita perlu melihat sinar pengharapan dan memberikan diri kita sendiri harapan.
Santo Paulus berbicara tentang Abraham, yang percaya dan kuat di dalam
pengharapan di atas setiap harapan.” Ia mengulang kembali di hadapan lautan
umat, “kuat di dalam pengharapan di atas setiap harapan!”.
Di akhir
Homili, Paus Fransiskus berkata, “Saya memohon perantaraan Santa Perawan Maria
dan Santo Yosef, Santo Petrus dan Paulus, Santo Fransiskus, sehingga Roh Kudus
mendampingi tugasku.” Dan ia meminta kepada umat, “Pregate per me!”
(berdoalah untuk saya!).
Pada akhir
Misa, Paus memberikan Berkat Apostoliknya dan diiringi dengan lagu Salam ya
Ratu (Salve Regina) Paus pergi berdoa di hadapan patung Bunda Maria di sebelah
kanan Altar.
No comments:
Post a Comment