Santo Yusup, demikian nama untuk yayasan pendidikan yang dikelola di Malang, atau Santo Yosef dirayakan pada tanggal 15 Maret pada tahun 2008 ini , empat hari lebih awal dari tanggal perayaannya. Menurut aturan liturgi, biasanya hari raya bisa dipindah bila bertabrakan dengan hari Tuhan, seperti hari Minggu atau pesta hari Tuhan. Namun pada tahun ini hari raya
When Easter is early, the feasts of
The calendar on the Universalis site now implements the new rules and the downloadable programs will do so soon. There is a further complication in
If you have the appropriate local calendar selected, Universalis will do this also.
Dalam sekolah-sekolah di bawah Yayasan Kolese Santo Yusup pada tahun ini, karena alasan tertentu, perayaan diadakan di unit sekolah masih-masing dengan Perayaan Ekaristi. Barangkali beberapa hal dapat kita renungkan dalam perayaan kali ini tentang pribadi St. Yosef.
Santo Yosef adalah seorang yang jujur. Kita sering mengatakan bahwa jujur adalah berbicara apa adanya, sesuai dengan kenyataan. Dan kerap kali kejujuran membawa dampak yang sangat negatif, justru karena kejujuran yang
tidak discretio mendatangkan hal-hal yang buruk. Kejujuran dalam arti lebih yang lebih rohani adalah selaras antara yang ada di hati, mulut dan tindakan. Dengan demikian kita dapat melihat bahwa tindakah St. Yosef yang
sedang memikirkan untuk meninggalkan Maria secara diam-diam tanpa mempermalukan Maria merupakan sikap seorang yang jujur, yang berada dalam kebimbangan. Kejujuran itu tampak juga dalam sikapnya menerima Maria dan Yesus apa adanya, dan bersikap sebagai seorang ayah yang baik. Kata-kata "tidak ada kepalsuan padanya" sangat tepat diterapkan kepada St. Yosef.
Tulus hati menjadi hal yang sangat istimewa dalam pribadi St. Yosef. Ketulusan hati merupakan langkah lebih lanjut dari kejujuran. Ketulusan hati memang menjadi barang langka dalam hidup jaman ini, karena tuntutan dan sikap hidup yang semakin materialis. Pelayanan, yang berangkat dari kesediaan memberi semakin jauh, diganti dengan pelayanan yang "mengharapkan" sesuatu. Bahkan dalam hidup menggereja pun, dan ini sudah terjadi terutama di kota-kota besar, paduan suara (singers) mulai diberi imbalan uang. Padahal dahulu ada ungkapan qui bene cantat, bis orat.
Meskipun data biografi Santo Yosef sangat minim dalam Kitab Suci, Tradisi Gereja mengatakan bahwa dia adalah seorang tukang. Istilah tukang sebenarnya berarti "ahli", yang sekarang mengalami makna peyoratif. Keahlian tentu didapat dari bekerja keras. Karena itulah St. Yosef diangkat menjadi pelindung para pekerja. Tujuan bekerja, apalagi dengan adverbia bekerja keras, diarahkan kepada for the good cause of entire human being. Jadi kita bekerja keras untuk keutuhan ciptaan (seperti yang pernah menjadi rekomendasi KOPTARI), untuk manusia, lingkungan dan alam semesta. Dengan demikian kita bekerja bukan untuk "kebutuhan" diri pribadi, mencari nafkah, keuntungan dan sebagainya, melainkan untuk kebaikan. Inilah nilai universal Injil, mengarahkan kembali semuanya kepada Sang Pencipta.