Congregatio Discipulorum Domini

Para anggota Congregatio Discipulorum Domini (Kongregasi Murid-murid Tuhan) menghayati hidupnya sebagai murid dan senantiasa belajar pada Yesus Kristus, sang Guru Agung. Kunjungan kepada Sakramen Mahakudus menjadi ungkapan cinta dan penyerahan diri secara total. Dari sinilah para anggota menimba kekuatan untuk karya kerasulannya sebagai murid yang diutus untuk mempersiapkan orang menyambut Kristus di dalam hidupnya (bdk. Luk 10:1-12).

25 May 2009

HASIL REFLEKSI PARA FRATER DAN BRUDER TENTANG SEJARAH KONGREGASI

Sudut ini adalah sudut refleksi novisiat yang memuat berbagai hasil refleksi yang dikerjakan oleh para novis CDD. Refleksi yang dibuat oleh para novis ini dapat berupa hasil refleksi dari pelajaran yang diperoleh maupun suatu studi mandiri yang dilakukan secara bebas. oleh sebab itu, hasil refleksi ini tidak mereprensentasikan spiritualitas CDD secara resmi. Dengan kata lain, hasil refleksi yang dituliskan disini melulu adalah suatu refleksi yang bersifat pribadi dan mandiri. silahkan Anda memberi komentar atau masukan bagi para penulis-penulis ini. Terima kasih
Untuk edisi perdana ini, kami tampilkan hasil refleksi yang dibuat oleh para frater dan Bruder CDD dalam pelajaran Sejarah Bapa Pendiri dan Kongregasi CDD



Masa lalu , Sekarang , dan Akan datang
Br.Romansa CDD
Jalan masih panjang , harapan baru dilangkahkan tapi bagi Bapa Celso Costantini , pendiri Congregasi Discipulorum Domini , semua dapat dilalui dengan kesabaran , keteguhan , dan kerja keras serta terutama semua disandarkan pada doa dan penyelenggaraan Ilahi . Penolakan yang pernah dialami adalah awal untuk lebih bersemangat dalam berusaha , lebih tekun dan lebih rajin untuk menemukan lebih banyak makna hidup , dicuekin tidak membuat rendah harga diri , tapi justru semakin terpacu untuk menjadi lebih baik , dibohongi menambah keyakinan akan kemampuan untuk memaknai diri dalam hidup untuk mencapai kesuksesan , kegagalan harus dapat menjadi pemicu dan pengalaman di dalam hidup dalam keberhasilan yang tertunda , semua adalah cobaan dan rintangan yang harus dijalani , dihadapi , dan dilalui dengan kerja keras , tekun dalam berusaha dan tidak lupa berserah di dalam Doa ....seperti apa yang ditulis oleh Bapa Celso Costantini sebagai berikut “ ….kalau mau menerima tanggung jawab yang besar , maka terlebih dahulu kita harus dengan sabar menerima segala kesulitan….”
Berkat cinta kasih akan Allah , Bapa pendiri berjalan teguh , lurus menatap masa depan . lalu apa peran saya sebagai anak – anak Costantini ?
Jalan yang harus saya jalani dan lalui tidak seramah seperti kebanyakan anak – anak masa kini . Anak-anak sekarang serba dimanjakan dengan berbagai fasilitas yang serba wah … complit , dengan hanya satu telunjuk jari semua dunia terjelajahi dari dalam dunia maya , baik hal yang biasa hingga hal yang luar biasa dapat ditemukan , demikian juga dengan kebutuhan sehari – hari semua serba instan , tinggal buka langsung santap , atau tinggal telunjuk jari maka akan datang orang – orang yang tersenyum dengan ramah dan akan melayani dengan penuh keramahan , atau lebih praktis lagi tinggal telpon , pesan , tunggu , datang , santap , itulah perkembangan dunia jaman sekarang yang serba cepat saji . Berbeda dengan puluhan tahun yang lalu , perubahan dan arus modernisasi begitu cepat dan sangat pesat pada saat ini .
Apakah arus Modernisasi jaman yang begitu pesat dan cepat ini juga melanda seluruh aspek hidup anggota Congregasi Discipulorum Domini ? Kini setelah puluhan tahun berdirinya Congregasi Discipulorum Domini , apa yang menjadi kebanggaan bagi diri kita sebagai bagian dari Congregasi Discipulorum Domini ? Ya , dua pertanyaan yang sulit dan berat untuk dijabarkan , diterangkan serta dijawab di dalam kondisi jaman sekarang ini .
Hubungan dengan Bapa pendiri mungkin tidak ada yang istimewa , selain hubungan antara pendiri congregasi dengan saya sebagai calon bagian dari anggota congregasi penerus semangat dan cita – cita Bapa pendiri . Namun kisah hidup , pengalaman , semangat , keuletan , ketekunan , serta berpendirian teguh yang disandarkan pada doa dan penyelenggaraan Ilahi yang telah menjadikan Bapa pendiri sebagai contoh teladan hidup bagi saya untuk diteladani dalam kehidupan dan prilaku hidup sehari – hari .
Kisah hidup beliau yang ditulis di dalam buku “ FOGLIE SECCHE ” seakan – akan mau menyatakan bahwa cita – cita harus diraih dengan perjuangan , tidak dengan cara instan . Demi cita – cita dibutuhkan pengorbanan , ketekunan , kesabaran dan masih banyak faktor lain lagi yang harus terus ditumbuhkan ,,, dan yang paling utama adalah selalu berserah di dalam doa , sebagai ungkapan syukur atas apa yang boleh dialami dalam perjuangan untuk meraih asa baik dalam hal suka maupun duka .
Bagaikan tetes demi tetes air dalam lautan yang luas atau bagaikan butir demi butir pasir yang halus di padang pasir yang luas , justeru karena karena kumpulan tetes demi tetes air ini yang tak terbilang banyaknya menjadikan samudera raya , dan kumpulan butir demi butir pasir halus yang tak terhitung jumlahnya menjadi gurun atau padang pasir yang maha luas , hal semacam inilah yang dilihat dan dapat saya rasakan apa yang diinginkan oleh Bapa Pendiri kepada para penerusnya …. Melakukan hal – hal besar yang dimulai dari hal – hal kecil dengan setulus hati , karena hal besar dapat terjadi dan berawal dari hal – hal yang sering kali kita anggap sepele . Bapa Celso menginginkan kita meninggalkan kenikmatan yang ditawarkan oleh dunia , untuk bertemu dengan Tuhan , seperti yang ditulis oleh beliau “ … hendaknya janganlah kita membiarkan waktu kita berlalu dengan Cuma – Cuma , semua waktu hendaknya kita gunakan untuk Tuhan …”
Dalam beberapa hal , apa yang telah dipesankan oleh Bapa pendiri kepada penerusnya ,,, hendaknya kita hidup selalu rendah hati , jangan suka membicarakan keburukan dan kelemahan teman kepada orang lain , gunakan dan manfaatkan kemampuan serta keahlian untuk menolong serta membantu sesama yang membutuhkan , hendaknya janganlah kita berbicara mengenai kasih di depan orang miskin dengan kata – kata yang indah , sebaliknya tidak berbuat sesuatu yang konkret , untuk membantunya , justru ini menyalahkan hukum kasih , memang apa yang diinginkan oleh Bapa pendiri , bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilaksanakan tetapi juga bukanlah hal sulit untuk dilakukan , setiap hari setelah bangun pagi lakukanlah tugas kesalahan ; ibadat pagi , meditasi , misa , dan waktu selanjutnya dapat digunakan untuk mengerjakan hal – hal yang lain , selain itu hendaklah malam sebelumnya merencanakan segala sesuatu yang akan dikerjakan pada hari berikutnya , dan setiap malam juga hendaknya mengadakan pemeriksaan bathin untuk melihat kembali apa yang telah dilaksanakan sepanjang hari , dengan demikian kita akan menemukan apa yang harus didahulukan dan apa yang tidak penting , apa yang belum selesai pada hari itu dapat diselesaikan pada hari berikutnya , akal budi , hati nurani ,,, serta kemauan akan memampukan kita untuk berbuat sesuai apa yang diinginkan oleh Bapa pendiri , seperti yang ditulis oleh beliau “ ,,, dengan hidup secara teratur , kita dapat membagi waktu dengan baik dan bisa menjadikan semangat dan kemampuan hidup kita lebih bertumbuh sehingga pada saat kita tua , kita dapat merasakan hidup kita terisi dengan baik . Sumber dari penyakit adalah malas ; karena malas dapat menimbulkan hal –hal yang dapat merugikan diri sendiri ,,, ”