Congregatio Discipulorum Domini

Para anggota Congregatio Discipulorum Domini (Kongregasi Murid-murid Tuhan) menghayati hidupnya sebagai murid dan senantiasa belajar pada Yesus Kristus, sang Guru Agung. Kunjungan kepada Sakramen Mahakudus menjadi ungkapan cinta dan penyerahan diri secara total. Dari sinilah para anggota menimba kekuatan untuk karya kerasulannya sebagai murid yang diutus untuk mempersiapkan orang menyambut Kristus di dalam hidupnya (bdk. Luk 10:1-12).

15 January 2009

Beato Odorico dari Pordenone

Beato Odorico dari Pordenone
14 JANUARI



Odorico adalah seorang misionaris Fransiskan dari Czech (Ceko) yang bernama Mattiussi. Dia lahir di Villanova dekat Pordenone, Friuli di Italia Utara, pada tahun 1265 (di Wikepedia disebutkan tahun 1286); meninggal di Udine tanggal 14 Januari 1331.Sekitar tahun 1300 dia bergabung dengan Ordo Fransiskan di Udine. Menjelang pertengahan abad ke tiga belas para saudara dari Ordo Fransiskan mendapat kepercayaan dari Tahta Suci melayani karya misionaris di Asia. Para misionaris yang dikirim itu adalah Yohanes Piano
Carpini, William Rubru-quis dan Yoahnes (Giovanni) dari Montecorvino. Odorico kemudian dipanggil untuk menyusul mereka, dan pada bulan April 1318 dia erangkat dari Padua, menyeberangi Laut Hitam menuju ke Trebizond, melewati Persia melalui jalan ke Tauris, Sultaniah, di mana pada tahun 1318 paus Yohanes XXII menetapkannya sebagai keuskupan agung, Kasham, Yezd, dan Persepolis. Dia juga mengunjungi Farsistan, Khuzistan, dan Chaldea dan kemudian kembali ke Teluk Persia. Dari Hormuz dia menuju ke Tana di Pulau Salsette, utara Bombay. Di sana Odorico mengumpulkan jenazah Thomas dari Tolentino, Jacopo dari Padua, Pietro dan Siena, dan Demetrius dari Tiflis; mereka adalah jenasah para Fransiskan yang menjadi martir di tangan penguasa Islam (tulang-tulang para martir ini dikumpulkan oleh Jordanus Catalani, seorang Uskup pertama India – dioses Quilon – dari Ordo Dominikan, dibawa dan dikuburkan di Supera, dekat Bassein), dan membawa mereka dalam perjalanannya untuk dikuburkan di China. Dari Salsette dia menuju ke Malabar, Fondaraina (Pandarani) yang terletak 20 mil di utara Calicut, kemudian menuju ke Cranganore yang terletak di selatan Calicut, menempuh sepanjang pantai Coromandel, kemudian ke Meliapur (Madras) dan Srilanka.

Dari situ dia menyeberangi kepulauan Nicobar dalam perjalanannya ke Lamori, suatu kerajaan di Sumoltra (Sumatera); dia juga mengunjungi Jawa, dan Banjarmasin yang terletak di pantai selatan Kalimantan, dan Tsiompa (Champa) dan akhirnya tiba di Canton (Guangzhou) di China yang waktu itu dikenal dengan nama Chin-Kalan atau Mahachin. Dari Guangzhou dia menuju ke Zaitoum (Xiamen) pelabuhan terbesar China pada Abad Pertengahan, di Fuzhou, di mana dia mendirikan dua rumah Fransiskan dan meninggalkan tulang para saudaranya di salah satu rumah itu. Dari Fuzhou dia menyeberangi pegunungan menuju Zhejiang dan mengunjungi Hangzhou, yang dikenal dengan nama waktu itu Quinsay, atau Khanzai (kediaman kaisar), sebagai kota terindah di dunia, sampai-sampai Odorico, sebagaimana juga Marco Polo, Marignolli atau Ibn Batuta, menceritakannya dengan penuh detail. Dia kemudian menuju ke Nanjing, dan menyeberangi Yangzi, melalui kanal besar dan sungai Huanghe menuju ke Khanbaliq atau Beijing, ibukota Kekaisaran Mongol.

Pada waktu itu, Montecorvino masih menjadi Uskup Agung Beijing, di mana Odorico tinggal selama tiga tahun sekitar antara 1324-1327. Perjalanannya kembali kurang diceritakan, namun diketahui bahwa dia melalui jalan darat menuju ke Shanxi, kemudian melewati Tibet. Dari Tibet dia menuju ke Badachschan dan Tabriz dan kemudian Armenia, dan tiba di kampung halamannya pada tahun 1330. Di bulan Mei 1330, atas permintaan superiornya, Guidotto, Odorico menceritakan seluruh perjalanannya kepada Br. William dari Salogna sewaktu tinggal di biara St. Antonius di Padua. Menurut versi lain dari Henry dari Glatz, yang pada saat itu tinggal di istana paus di Avignon, dia membuat catatan yang diberikan oleh teman-teman perjalanan Odorico dan menulisnya di Prague pada tahun 1340. Sayangnya Odorico menampung banyak cerita dongeng dan untuk waktu yang lama diragukan apakah dia sungguh-sungguh tiba di semua tempat dan daerah yang digambarkannya.

Namun demikian, kisah-kisahnya diceritakan dengan sangat benar, dan dia adalah peziarah Eropah yang pertama kali berjumpa dengan banyak hal unik dalam kehidupan orang China dan negaranya yang tidak disebutkan oleh Marco Polo, karena dia sudah terbiasa dengannya. Sayang sekali Odorico tidak memberikan keterangan mendetail tentang Tibet dan Lhasa, ibukota Dalai-Lama, di mana dia menjadi orang Eropah pertama yang masuk ke sana.

Odorico ingin sekali bertemu dengan Paus Yohanes XXII yang waktu itu ada di Avignon, dengan tujuan menggambarkan kepada Paus betapa mendesaknya pewartaan Injil bagi orang China. Namun tubuhnya yang lemah Mozaiktidak memungkinkan dia menempuh perjalanan jauh lagi. Perjalanannya berhenti di Pisa karena dia jatuh sakit, dan terpaksa kembali ke Friuli. Sekali lagi dia berhenti di Padua, dan kemudian melanjutkannya ke Udine. Di sini Odorico meninggal, dan segera dikenal sebagai pembuat mujijat.

Ketenaran perjalanannya ternyata lebih mendapatkan kesan yang mendalam bagi umat di daerah asalnya daripada saudara-saudara Fransiskannya. Saudara-saudara seordo ingin segera memakamkannya setelah meninggal tanpa upacara yang meriah, namun gastald atau walikota Udine ikut campur tangan dan mengadakan pemakaman umum. Berita tentang perjalanannya yang luar biasa dan mukjijat yang terjadi setelah kematiannya tersebar ke mana-mana, dan meledak bagaikan percikan api ke seluruh Friuli dan Carniola; sehingga upacara pemakaman ditunda lebih dari sekali, dan pada akhirnya diadakan di hadapan patriak Aquileia dan pejabat-pejabat setempat. Umat secara serempak mengadakan devosi kepadanya, dan walikota membuat makam yang agung untuknya, dan ketenarannya sebagai orang kudus dan peziarah tersebar luas sebelum pertengahan abad XIV. Baru empat abad kemudian (1755) Paus Benediktus XIV secara resmi memberi gelar beato kepadanya. Pada tahun 1881 di Pordenone didirikan patung Odorico. Pelbagai salinan perjalanan Odorico (baik dalam teks asli dan pelbagai versi bahasa Perancis, Italia, Jerman, dan lain-lain) yang ada sampai hari ini, terutama yang dari abad XIV, menunjukkan betapa cepat dan luasnya kisah itu tersebar. Kisah perjalanan ini tidak perlu dinilai sebagai “bohong” sebagaimana dianggap oleh beberapa orang, meskipun pujian kepadanya juga berlebihan. Karya Odorico ternyata tidak mendapatkan penghargaan semestinya sebagaimana didapatkan oleh “Sir John Mandeville” (Dari sinilah kita mengenal istilah Mandeville dalam bahasa Inggris yang berarti “penjiplak atau plagiat”). Kisah perjalanan Sir John Mandeville ke India dan China rupanya menjiplak mentahmentah dari kisah Odorico, dan ditambah dengan pel-bagai dongeng dan sumber lain serta dibumbui dengan kepiawaiannya sendiri. Pada tahun 1982 diadakan suatu Konferensi untuk mempelajari hidup dan karya beato Odorico, dan pada tahun 1994 Pastor Agostino Gardin, provinsial di Padua, secara resmi memohonkan agar dimulai prosedur untuk pemberian gelar santo kepada Odorico. Tanggal 15 April 1994, pejabat untuk pemberian gelar santo ini, Pastor Ambrogio Sanna, mempresentasikan “supplex libellus” kepada Uskup Agung Udine, yang melanjutkannya membentuk panitia sejarah untuk mengumpulkan segala dokumen yang mempelajari bukan saja praktek devosi kepada beato Odorico, namun terutama semangat dan keutamaan yang ditunjukkan beato Odorico, yakni kerelaan yang sangat besar mewartakan kasih Kristus sampai ke ujung dunia.