Bulan November dalam tradisi Gereja Katolik adalah bulan mendoakan arwah. Perayaan ini mengajak kita untuk semakin memahami ajaran yang diwarikan dari para rasul, yang tertuang dalam Credo: persekutuan para kudus. Pada saat ini, bukan penjelasan teologis yang panjang lebar akan diterangkan di sini, namun lebih pada istilah yang kerap kali dipakai.
Istilah purgatorium kerap diterjemahkan dengan api penyucian. Tetapi juga sekarang ini muncul beberapa kali istilah api pencucian. Apakah ini ada hubungannya dengan ejaan dalam bahasa Indonesia? Kalau dilihat dari soal ejaan, api penyucian harusnya berasal dari kata suci, sedangkan api penyucian berasal dari kata cuci.
Barangkali kita bisa melihat dalam kamus Latin-Indonesia:
sacra = suci
lavare = mencuci, membersihkan
purgare = menyucikan, memurnikan, membersihkan.
Sementara itu kata purgatorium dimaksudkan untuk menyatakan bahwa jiwa-jiwa sebelum pantas menikmati kebahagiaan surga terlebih dahulu harus dimurnikan/dibersihkan dari dosa (dan hukuman dosa) agar pantas masuk surga. Maka ada baiknya kita memakai istilah API PEMURNIAN, dalam konteks bahwa jiwa terlebih dahulu dimurnikan. Selain itu api tidak pernah dipakai untuk mencuci atau menyucikan, melainkan untuk memurnikan dan membentuk (bahan dari logam).
Tentunya istilah api pemurnian akan lebih tepat mengungkapkan makna dan nilai purgatorium itu. Namun karena belum pernah dipakai, dan kalau istilah ini dianggap lebih tepat, siapa yang akan mempopulerkannya?
Congregatio Discipulorum Domini
Para anggota Congregatio Discipulorum Domini (Kongregasi Murid-murid Tuhan) menghayati hidupnya sebagai murid dan senantiasa belajar pada Yesus Kristus, sang Guru Agung. Kunjungan kepada Sakramen Mahakudus menjadi ungkapan cinta dan penyerahan diri secara total. Dari sinilah para anggota menimba kekuatan untuk karya kerasulannya sebagai murid yang diutus untuk mempersiapkan orang menyambut Kristus di dalam hidupnya (bdk. Luk 10:1-12).