Congregatio Discipulorum Domini

Para anggota Congregatio Discipulorum Domini (Kongregasi Murid-murid Tuhan) menghayati hidupnya sebagai murid dan senantiasa belajar pada Yesus Kristus, sang Guru Agung. Kunjungan kepada Sakramen Mahakudus menjadi ungkapan cinta dan penyerahan diri secara total. Dari sinilah para anggota menimba kekuatan untuk karya kerasulannya sebagai murid yang diutus untuk mempersiapkan orang menyambut Kristus di dalam hidupnya (bdk. Luk 10:1-12).

29 November 2012

ISTIMEWA, BIBLE STUDY 2012 SMPK KOLESE SANTO YUSUP 1 & 2


I want you, I miss you, I love you, datang dan jadilah terang-Ku…berrrr…


Itulah yel-yel yang diteriakan secara meriah oleh para siswa SMPK Kolese Santo Yusup (Hua Ind) 1 dan 2 Malang. Acara Bible Study yang untuk ketiga kalinya diadakan ini, berlangsung pada tanggal 28-29 Juli 2012 di komplek Sekolah Kolese Santo Yusup, Jalan Simpang Borobudur No. 1 Malang. Kali ini, acara diperuntukan bagi siswa SMPK Kolese Santo Yusup (Hua-Ind) 1 dan 2 Malang kelas VII.

Bertemakan “Datang dan Jadilah Terang-Ku”, Bible Study tahun ini memiliki tujuan sebagai sarana yang mendidik para kaula muda untuk lebih mengenal dan mendalami Kitab Suci, sehingga melalui nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, para kaula muda diharapkan dapat menjadi terang Kristus di dalam dunia.
Acara ini dipanitiai langsung oleh para frater Congregatio Discipulorum Domini (Kongregasi Murid-murid Tuhan), para sahabat muda Costantini, dan dibantu oleh para pembina BIAK Paroki St. Aloysius Gonzaga Surabaya.

    Acara dimulai Sabtu (28/7),  pukul 15.00 WIB dengan registrasi para peserta Bible Study. Pukul 16.00-17.00 WIB dimulailah doa pembuka, pengenalan yel-yel, dance, dan bernyanyi bersama, serta sambutan dari Pastor Yuki Hartandi, CDD. Pukul 17.00-20.00 WIB dimulailah sesi I dengan tema “Datang” yang dibawakan oleh Fr. Hendrikus de Jesus, CDD. Dalam proses penyampaiannya sesi ini memadukan antara Games Alkitab Indoor dengan nyanyian. Dengan tujuan, mengajak para siswa untuk datang, melihat, dan mengalami sendiri bagaimana kehidupan Yesus. Dari situlah mereka diharapkan dapat menjadi saksi dan pewarta Kristus di dalam hidupnya sehari-hari. Pukul 19.00-19.40 WIB acara dilanjutkan dengan makan malam.


    Pukul 20.00-21.00 WIB acara dilanjutkan kembali dengan nyanyi bersama sebagai tanda dimulainya sesi II. Kali ini, sesi bertemakan “Jadilah Terang” dan dibawakan oleh Fr. Benediktus  Tety Akoit, CDD. Dalam proses penyampaiannya siswa disuguhkan drama singkat yang berjudul “Menjadi Terang” sebagai ilustrasi pembuka. Drama tersebut bertujuan memberi gambaran kepada para siswa untuk mau dan bersedia menjadi terang Kristus di dalam kehidupannya, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Setelah itu, sesi ditutup dengan ibadat tobat yang dipimpin oleh Fr. Yanerius Mitan, CDD dan Fr. Benediktus Tety Akoit, CDD. Jalannya ibadat tobat kali ini dipenuhi oleh cucuran air mata para peserta yang dikarenakan rasa haru dan sedih. Mereka merasa disadarkan akan besarnya kasih Allah yang diberikan selama ini melalui perantara orang tua yang selalu mencintai mereka. Pukul 21.30 WIB peserta dipersilahkan beristirahat dan tidur.

    Esoknya (29/7), para peserta bangun pukul 05.00 WIB. Kemudian dilanjutkan dengan Perayaan Ekaristi pukul 06.30 WIB, yang dipimpin oleh Pastor Agustinus Lie, CDD. Pukul 07.30 WIB acara dilanjutkan dengan makan pagi dan persiapan melakukan Games Outdoor yang meliputi: Game Sepuluh Perintah Allah, Roda Tank, Tiang Awan, Cerdas Cermat, Labirin, Mencari Kelereng dalam Tepung, Pewartaan Injil, Talang Air, Mencari Bola Emas, Bawa Bola, Lomba Alkitab, dan Satu Tubuh. Permainan tersebut dimulai pukul 08.30-11.30 WIB yang tujuannya melatih para kaum muda ini untuk mau bekerja sama, mempunyai rasa saling percaya, dan tolong menolong. Pukul 11.30-12.00 WIB peserta dipersilahkan istirahat dan persiapan pribadi. Lalu pukul 12.00-12.30 WIB acara ditutup dengan doa penutup dan bernyanyi bersama. Setelah itu makan siang dan sayonara.


Proficiat buat panitia!!! Peserta pulang dengan “bingkisan” kegembiraan serta semangat baru untuk dapat menjadi terang Kristus dalam hidup sehari-hari.


(Albertus Angga Nofianto)

02 November 2012

MENYELAMI KEHADIRAN KRISTUS MELALUI DEVOSI KEPADA SAKRAMEN MAHAKUDUS

Ekaristi adalah puncak perayaan iman Gereja Katolik. Dalam Sacramentum Caritatis Paus Benedictus XVI sangat menganjurkan umat untuk menghormati Sakramen Mahakudus yang diungkapkan dalam berbagai bentuk adorasi Sakramen Mahakudus. Bertepatan dengan peringatan pendiri Kongregasi Murid-murid Tuhan (CDD) Bapa Kardinal Celso Costantini, keluarga besar Kongregasi Murid-murid Tuhan mengadakan prosesi Sakramen Mahakudus yang dikemas dalam Triduum Sakramen Mahakudus pada Senin-Rabu, 15-17/10/12. Triduum Sakramen Mahakudus dilaksanakan di komplek Sekolah Kolese St. Yusuf (KOSAYU) Blimbing, Malang. Perayaannya dirayakan dengan Misa Kudus dan diakhiri dengan pentahtaan atau eksposisi Sakramen Mahakudus. Seluruh triduum ini dirangkai dengan satu tema besar “Menyelami Kehadiran Allah (IL SENSO DELLA PRESENZA DI DIO).” Ungkapan ini merupakan ajaran Celso Costantini tentang Allah yang senantiasa hadir.
Tema hari pertama triduum ialah “Kehadiran Allah dalam Alam Semesta.” Perayaan Ekaristi dipimpin oleh P. Yuki Hartandi, CDD dengan konselebran P. Lodewyik Tshie, CDD dan P. Agustinus Lie, CDD. Dalam homilinya P. Yuki, CDD mengajak umat melihat bahwa manusia saat ini sudah sulit merasakan kehadiran Allah di dalam alam, karena ulah manusia sendiri yang merusak alam. Manusia bertindak semena-mena dan kurang peduli terhadap alam. Padahal, alam semesta menampakan jejak kehadiran Allah, meski alam itu bukan Allah. Sebagai ajurannya beliau berkata, “Mari kita semua peduli terhadap kelestarian alam dan senantiasa bersama alam memuji Sang Penciptanya. Pada hari kedua fokus tema ialah “Kehadiran Allah dalam Diri Bapa Suci.” Perayaan Ekaristi kali ini dipimpin oleh P. Willy Malim Batuah, CDD dengan konselebran P. Yuki Hartandi, CDD dan P. Agustinus Lie, CDD. Sebagai bahan permenungan P. Willy, CDD menyampaikan bahwa kita harus selalu hidup dalam kesatuan dengan Bapa Suci. Bapa Suci adalah kepala gereja universal pewaris takhta Petrus mewakili Kristus memimpin gereja-Nya.
Sebagai puncak triduum diusunglah tema “Kehadiran Allah dalam Sakramen Mahakudus.” Perayaan Ekaristi dipimpin oleh P. Agustinus Lie, CDD dengan konselebran P. Lodewyik Tshie, CDD, P. Willy, CDD, P. Sukamto, CDD, P. Yuki, CDD, dan P. Prasetyo, CDD. Dalam homilinya P. Agus, CDD menyampaikan bahwa kehadiran Kristus dalam Sakramen Mahakudus merupakan pengakuan iman gereja. Maka, devosi kepada Sakramen Mahakudus merupakan kekayaan gereja. Kongregasi Murid-murid Tuhan menghayati kekayaan gereja ini secara istimewa, sesuai dengan ajaran Celso Costantini bahwa kekayaan gereja ini harus disebarkan kepada orang banyak, terutama kepada semua rekan kerja CDD dan siswa-siswi yang berada di sekolah yang dikelola oleh CDD. P. Agustinus Lie, CDD juga menegaskan, “Pada perayaan ini kita akan mengarak Kristus yang hadir dalam rupa roti. Kristus sendiri datang mengunjungi dan mengetuk hati kita. Kalau kita mau membuka hati, maka kita menyambut Kristus sehingga kita tidak akan merasa kesepian dan takut lagi karena Kristus berjalan bersama kita. Oleh sebab itu, kita pun pada akhirnya akan bersama Kristus dan mengikuti-Nya berjalan menuju kepada Bapa.”
Setelah Perayaan Ekaristi kemudian dilanjutkan dengan perarakan Sakramen Mahakudus mengelilingi komplek Sekolah KOSAYU Malang. Mengingat jumlah umat yang banyak maka umat dibagi menjadi lima stasi (lima kelompok). Perarakan berakhir di lapangan basket KOSAYU yang kemudian diakhiri dengan pentahtaan atau eksposisi Sakramen Mahakudus. Melalui perayaan ini umat diharapkan semakin mampu menghayati kehadiran Kristus dalam rupa tubuh dan darah-Nya.(Angga Nofianto)

29 October 2012

RETRET TAHUNAN UMAT KATOLIK BERBAHASA MANDARIN INDONESIA

Umat katolik berbahasa Mandarin Indonesia mengadakan retret bersama selama tiga hari yang diselenggarakan di rumah retret St Monika 2 Pancawati, Sukabumi. Retret berlangsung dari tanggal 25-27 Oktober 2012. Pada kesempatan ini, umat Mandarin mendalami dan mencoba menggali tema tahun ekaristi yang juga menjadi tema dan permenungan umat di Keuskupan Agung Jakarta. Dalam retret ini, Umat Mandarin di dampingi oleh Pater Stephen Ng CDD dari Malaysia.
Dalam retret ini, Pater Stephen menyampaikan beberapa gagasan sehubungan dengan tema Ekaristi. Dalam konfrensi yang diberikan, Pater Stephen menekankan bahwa ekaristi berkaitan erat dengan soal makanan. Dalam tataran hidup sehari-hari, aktifitas makan adalah kegiatan yang sudah menjadi kebutuhan bagi umat manusia. Dalam makan bersama ini, persaudaraan dan semangat kekeluargaan menjadi salah satu tanda dan pemersatu bagi sebuah keluarga. Dengan demikian, untuk memahami intisari dari ekaristi, umat dapat belajar dari peristiwa atau kebiasaan makan bersama dalam sebuah keluarga.
Pater Stephen CDD yang adalah mantan Superior General CDD menekankan pentingnya pemahaman akan ekaristi dengan memberikan dasar dasar alkitabiah dari peristiwa atau perayaan ekaristi itu sendiri. Dalam retret ini, hadir umat dari empat gereja Mandarin Jakarta, yakni, St Alfonsus Pademangan, Fatima Toasebio, Stella Maris dan Dwi warna. Di samping itu, hadir juga umat Mandarin dari Surabaya. Diperkirakan umat yang datang untuk mengikuti retret ini berjumlah sekitar 100 orang. Selama Retret berlangsung, umat juga merayakan perayaan ekaristi yang di persembahkan setiap hari. Bahkan juga diadakan sembah bakti kepada Sakramen Maha Kudus.
Dalam retret ini, Fr Ignas Huang CDD juga diminta untuk membantu umat Mandarin agar semakin mampu untuk mengerti dan terutama untuk melakukan sakramen Tobat. Dalam salah satu sesi, Fr Ignas Huang menekankan pentingnya sakramen tobat. Menurunnya semangat pertobatan umat melalui sakramen tobat banyak yang disebabkan oleh ketakutan dan ketidaktahuan umat tentang dosa dan bagaimana melakukan tobat. Dalam retret ini, umat disadarkan dan dibantu untuk melakukan sakramen tobat. Disisi lain, Fr Ignas Huang juga di daulat untuk memberikan satu sesi tentang sharing pengalaman hidup akan kebaikan dan kesetiaan Tuhan dalam setiap persoalan hidup kita.
Akhirnya retret diakhiri dengan penuh kegembiraan dan semoga apa yang telah diperoleh selama retret ini dapat menjadi titik awal bagi umat untuk semakin dekat dengan Allah dan sesama.
salam dan doa Ignas Huang CDD

08 October 2012

PERTEMUAN KE DUA : CDD DAN PEWARTAAN MELALUI MASS MEDIA

Pewartaan dan mass media adalah dua hal yang saling berhubungan dan memiliki kemampuan yang luar biasa untuk menyapa dan menyentuh hati manusia. Gereja Katolik sungguh menyadari akan hal ini. Maka gereja dengan segala kemampuannya berusaha untuk memperkenalkan Kristus melalui mass media. Pewartaan di jaman modern ini, tidak bisa lagi mengandalkan cara-cara konvensional meskipun cara-cara konvensional masih tetap dapat dilaksanakan. Dengan kata lain, bersamaan dengan cara konvensional, cara-cara pewartaan dengan menggunakan metode baru harus dan mesti dilakukan. Kongregasi Murid murid Tuhan atau CDD sebagai salah satu bagian dari gereja juga turut serta mengantisipasi dan sekaligus mewujudkan pola pikir ini. Dengan berbagai cara, CDD berusaha mengajak dan memperkenalkan Kristus khususnya melalui mass media. Oleh sebab itu, pada tahun 2008, CDD bekerjasama dengan para sahabat-sahabat CDD yang bergerak dalam bidang jurnalistik menyelenggarakan pertemuan pertama mass media dan pewartaan. Pertemuan berlangsung di Malaysia. Pada saat itu hadir wakil dari Generalat CDD, utusan dari Taiwan, Malaysia dan Indonesia. Ada banyak hal yang dihasilkan dalam pertemuan ini.
Tgl 3-5 Agustus 2012 diselenggarakan pertemuan kedua mass media dan pewartaan. Pertemuan berlangsung di biara CDD Hsinchuang, Taiwan. Pada pertemuan ini, hadir utusan dari Generalat CDD, utusan Taiwan, Malaysia dan Indonesia. Pertemuan kali ini mengambil tema tentang pewartaan melalui Ipad.Tempat pertemuan : Biara CDD Hsinchuang, Taiwan. Peserta terdiri dari utusan Generalat dan atau Taiwan : 8 peserta, diantara 8 peserta, dua imam CDD dan seorang frater CDD, utusan dari Malaysia : 8 peserta, diantara 8 peserta itu, dua diantaranya imam CDD dan enam awam.kemudian utusan dari Indonesia : 4 peserta yakni : Pater Rudy Saleh CDD dari komunitas Pontianak, Fr. Ignas Huang CDD, Pemimpin umum buletin dwi bahasa Yan He Guang, Bpk Herman Pangestu, staf redaksi Sheng Ai dan Sdr Alung, ketua Redaksi bulletin dwi bahasa Yan He Guang.Satu peserta sebagai pengamat dari Taiwan
Pertemuan hari pertama dimulai dengan misa pembukaan yang dipimpin oleh Pater John Kang CDD, utusan dari Taiwan dan didampingi oleh Pater John Chia CDD, General CDD. Misa berlangsung dengan khidmat dan sederhana. Di akhir misa, Pater General CDD membuka secara resmi pertemuan kedua CDD dan Mass media serta Pewartaan. Setelah misa berakhir, para peserta dijamu dengan santap malam bersama di seminari skolastik CDD yang berada di atas ruangan kapel. Pertemuan pertama dibuka dengan mendengarkan sharing dan sekaligus Tanya jawab tentang perkembangan pewartaan dan mass media dari masing masing tempat. Utusan Taiwan mendapat giliran pertama untuk mensharingkan pengalaman mereka dalam mengelola penerbitan majalah costantini. Nona Zhang mensharingkan bagaimana proses pembuatan dan sekaligus distribusi dari majalah Costantini. Berdasarkan sharing yang dikemukakan, kita dapat menemukan bahwa, dalam proses penerbitan majalah Costantini, mereka juga mengalami banyak kesulitan. Beberapa kesulitan yang mereka utarakan adalah soal personil yg terbatas, bahan yang minim, termasuk juga dalam proses pendistribusian. Giliran kedua diberikan kepada utusan dari Malaysia. Dalam sharingnya, pihak Malaysia menjelaskan beberapa hal yang telah mereka kerjakan selama ini. Di CDD Malaysia, telah terbit beberapa majalah atau bulletin yang bertujuan untuk mewartakan iman kristiani. Minimal mereka memperkenalkan majalah untuk konsumsi orang dewasa dan juga untuk anak-anak yang dibuat dalam bentuk kartun. Oplah mereka juga lumayan banyak . Meskipun demikian, mereka juga mengalami kesulitan dalam beberapa hal yang hampir sama dengan tempat-tempat lain. Bahan yang terbatas, personil yang kurang, dan juga animo pembaca yang rendah menjadi catatan penting dalam sharing mereka. Pada umumnya, personil di Malaysia lebih solid dan berkembang dibanding dengan utusan dari Taiwan. Pada giliran yang ketiga, utusan Indonesia diberi tempat untuk mensharingkan pengalamannya. Pater Rudy memulai sharing dengan menjelaskan bahwa di Indonesia, terbagi atas beberapa tempat dimana CDD berkarya dan tidak semua tempat membuat penerbitan atau tulisan secara periodik dan terarah. Disamping itu, penerbitan majalah atau bulletin di Indonesia menggunakan bahasa Indonesia. Pater Rudy memperkenalkan bulletin Itenerari yang diperuntukkan untuk kalangan intern, bulletin Costantini yang merupakan kerjasama antara yayasan St Yusup dan Yayasan Pendidikan Kalimantan. Setelah itu, Bpk Herman memperkenalkan usaha penerbitan di kalangan gereja Mandarin. Dalam hal ini, kami memperkenalkan Tong Zhou yang terbit tahunan dan Sheng Ai yang terbit per minggu. Kesulitan yang disharingkan adalah soal kekurangan personil yang mau melibatkan diri, keterbatasan penguasaan bahasa Mandarin, kesulitan mencari bahan bahan yang cocok untuk diterbitkan, dll. Setelah itu, Saudara Along dari Buletin Garam dan terang mensharingkan pengalamannya dalam mengelola bulletin ini. Karena merupakan bulletin baru, maka kesulitan dan juga pengalaman masih sangat minim. Namun sebagai usaha untuk memperkenalkan kristus melalui dwi bahasa, bulletin ini dipuji oleh para peserta. Secara umum, kesulitan-kesulitan yang ditemukan di tiga tempat hampir sama ; yakni kesulitan mencari bahan yang bagus dan cocok, kekurangan personil yang mumpuni dan juga soal animo orang untuk membaca yang rendah. Pertemuan hari pertama diakhiri dengan doa malam bersama yang dipimpin oleh Br. Dominikus CDD dari utusan Taiwan.
Hari kedua dimulai dengan doa pagi bersama yang dipimpin oleh Pater Laurensius CDD dari utusan Malaysia. Setelah itu makan pagi bersama dan dilanjutkan dengan pertemuan materi pertama. Materi pertama disampaikan oleh pembicara dari Malaysia kemudian materi kedua oleh sdr Chen dari Majalah Commenwealth Magazine Group dengan tema sumbangsih pemikiran atau sharing pengalaman mengelola penerbitan majalah dengan IPAD. Beliau adalah salah satu penulis dari majalah yang cukup terkenal. Setelah itu, seluruh peserta merayakan Misa dan dilanjutkan dengan makan siang. Materi ketiga adalah contoh contoh pewartaan dengan menggunakan mass media. Materi disampaikan oleh pembicara dari Malaysia. Materi ke empat disampaikan oleh pembicara dari Taiwan yakni nona Zhang dari majalah Costantini. Setelah itu, acara ditutup dengan makan malam dan setelah itu, utusan dari Indonesia yakni Pater Rudy CDD memimpin doa malam.
Pertemuan hari ketiga dibuka dengan doa pagi yang dipimpin oleh utusan dari Indonesia. Sete;ah itu dilanjutkan dengan makan pagi bersama. Kemudian materi kelima disampaikan oleh Nona Zhang dan pembicara dari Malaysia yang berbicara soal kerjasama dan distribusi majalah. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan diskusi bersama . dalam diskusi bersama ditemukan beberapa hal yang merupakan hasil pembicaraan selama pertemuan berlangsung. Dalam diskusi bersama, para peserta sepakat bahwa :Indonesia adalah utusan dengan ciri khas dan kesulitan-kesulitan nya yang unik, Bahasa tidak menjadi persoalan dalam pertemuan mass media dan pewartaan, Jenis pewartaan konvensional tetap dilanjutkan tetapi kita perlu membuka dan memulai dengan jenis pewartaan melalui Ipad, Kita perlu saling mendukung dengan cara saling mengirim bahan melalui internet dll.
Pada akhir pertemuan, diputuskan beberapa hal yang akan menjadi keputusan bersama. Beberapa hal tersebut adalah : Akan dibuatkan situs khusus untuk mewartakan iman Kristiani melalui Ipad. Situs ini harus berlangganan, oleh karena itu untuk awalnya, pihak generalat CDD akan menanggung biayanya. Untuk selanjutnya akan digilir antara 3 propinsi CDD.berhubungan biayanya sudah menjadi murah, Situs tersebut akan menggunakan nama Costantini CDD ( nama ini diusulkan oleh utusan Indonesia dan setelah diadakan pemungutan suara, mayoritas memilih nama ini), Semua bahan akan dimasukkan kedalam situs ini dan dengan demikian, propinsi Taiwan. Malaysia, Indonesia dapat mengambil bahan dari situs ini, Diputuskan bahwa untuk pertemuan berikutnya akan dilaksanakan di Pulau Bali Indonesia pada awal Agustus 2014

29 September 2012

Pertemuan ke-5 Umat Katolik berbahasa Mandarin Indonesia di Keuskupan Agung Palembang

Pada tgl 20-23 september 2012 dilaksanakanlah pertemuan ke-5 Umat Katolik berbahasa Mandarin Indonesia di Keuskupan Agung Palembang. Pertemuan yang berlangsung meriah dan penuh persaudaraan ini dibuka dengan Perayaan Ekaristi dan dipimpin oleh Uskup Agung Palembang Mgr Aloysius Sudarso SCJ dengan konselebrasi enam imam. Diantara para konselebran tampak hadir Pastor Paroki Gereja Hati Kudus Palembang, dimana misa bahasa Mandarin setiap minggu berlangsung, juga tampak hadir P.Inno OFM.Cap, dari Pontianak, Provinsial CDD P.Lodewyik CDD dan beberapa imam yang nantinya akan menjadi pembicara dalam pertemuan ini. Dalam khotbahnya, Uskup Agung menekankan pentingnya kesatuan dengan gereja universal dan dalam kesatuan ini, gereja memberi ruang dan terutama memperhatikan reksa pastoral umat Katolik yang unik dan khas. Penggunaan bahasa ibu yang mampu menterjemahkan secara tepat dan mendalam makna serta pesan dari kitab suci harus tetap di beri ruang. Setelah misa usai, Bapak Uskup Agung Palembang membuka secara resmi pertemuan ke-5 Umat Katolik berbahasa Mandarin Indonesia. Kehadiran komunitas Umat Katolik berbahasa Mandarin di Indonesia tidak boleh dilihat sebagai sebuah komunitas yang terpisah dari Gereja universal. Pada dirinya sendiri, komunitas kategorial inipun tidak boleh memisahkan diri dan membentuk suatu gereja tersendiri. Secara de facto dan de yure, komunitas Umat Katolik berbahasa Mandarin adalah bagian yang tak terpisahkan dengan gereja universal. Yang membedakannya dengan gereja universal adalah ciri pelayanannya yang khas dan unik karena menyentuh dan terutama melayani umat Katolik yang berbahasa Mandarin. Demikianlah kata sambutan yang diutarakan oleh Pater Hilarius Sutiono CDD, Pendamping Umat Katolik Kategorial berbahasa Mandarin KAJ.
Pertemuan ke-5 Umat Katolik berbahasa Mandarin di Indonesia mengambil tema ‘Melalui Bahasa Mandarin memperkenalkan Kristus”. Pertemuan kali ini dihadiri oleh lebih kurang 100-an utusan yang berasal dari Palembang, Pontianak, Banda Aceh, Semarang, Medan, Surabaya dan Jakarta yang diwakili oleh empat gereja yang biasa menyelenggarakan misa dalam bahasa Mandarin. Dalam pertemuan ini, dihadirkan empat pembicara yakni Ibu Tenny yang adalah aktifis dan Guru Mandarin di Pusat Pelayanan Umat Katolik Berbahasa Mandarin KAJ dengan sub tema Mengenal Bahasa Mandarin sebagai bahasa dunia. Pembicara kedua adalah Pater Agus Suyono SCJ, seorang imam pribumi yang menyelesaikan studi Antropologi di universitas di Taiwan dan saat ini berkarya sebagai pastor rekan di Paroki hsinchu, Taiwan. Pater Agus membawakan sub tema Bahasa dan pewartaan Injil. Pembicara ketiga adalah Pater Peter Zhang SiQian CDD, seorang imam CDD kelahiran Beijing China. Beliau memperoleh gelar Doktor Moral dari Roma dan saat ini menjadi pastor rekan di gereja St Anna Singapura dan sekaligus anggota konsultor generalat CDD. Beliau membawakan tema Mengenal metode pewartaan Rasul Paulus dan Bapa Celso Costantini.Pembicara keempat adalah Pastor Hilarius Sutiono CDD, beliau adalah penanggungjawab Kategorial Umat Katolik berbahasa Mandarin KAJ. Beliau membawakan sub tema Melalui Bahasa Mandarin sampai kepada Kristus. Seluruh rangkaian pertemuan diikuti oleh kesempatan untuk melaporkan perkembangan masing-masing komunitas Katolik Mandarin dari setiap paroki yang memiliki komunitas ini. Kemudian juga diikuti kesempatan untuk berdiskusi dan sekaligus membicarakan kesulitan-kesulitan dan segala macam hal sehubungan dengan perkembangan komunitas Katolik Mandarin di Indonesia.
Pertemuan Umat Katolik Berbahasa Mandarin Indonesia yang ke-5 terasa lebih istimewa dengan kehadiran enam OMK dari Pusat Pelayanan umat Katolik berbahasa Mandarin Dwi warna, KAJ. Keenam OMK yang mewakili komunitas Mandarin Jakarta ini diharapkan menjadi penyemangat dan sekaligus harapan bagi masa depan gereja berbahasa Mandarin di Indonesia. Pada kesempatan ini, Fr Ignatius Huang CDD yang mendampingi kelompok OMK ini juga tampak hadir dalam pertemuan ini.
Sebagai sebuah komunitas yang hidup dan berinteraksi dalam suatu kelompok, komunitas kategorial Umat Katolik berbahasa Mandarin ini berkembang dan berusaha membina dirinya dan anggota-anggotanya dalam kesatuan dengan hirarki Gereja Universal. Oleh sebab itu, gagasan pertemuan umat Katolik Mandarin muncul dalam visi dan misi untuk perkembangan iman umat. Pada awal Desember 2002, ketua umat mandarin gereja Tritunggal, yang pada waktu itu dijabat oleh Bapak Leo Widjaja mendapat informasi bahwa utusan Takhta Suci untuk Umat Tionghoa Perantauan, Pater Paul Phang OFM bermaksud mengadakan visitasi ke Umat Katolik Indonesia. Berhubung Umat Katolik Indonesia tersebar di berbagai pulau dan karena waktu dan kesibukan Pater Paul Phang OFM maka beliau tidak dapat melakukan kunjungan secara menyeluruh ke umat katolik berbahasa mandarin di seluruh Indonesia khususnya di Sumatra dan Kalimantan. Maka pada waktu itu tercetus ide dari Bapak Leo Widjaja bahwa beliau dapat membantu untuk menghubungi dan mengundang perwakilan umat katolik berbahasa mandarin di Sumatra dan kalimantan untuk hadir di Jakarta dan bertemu dengan Pater Paul Phang OFM. Dengan demikian dapat menghemat waktu dan tenaga. Setelah mengadakan pembicaraan dan mendapat persetujuan dari Pater Paul Phang OFM dan Pater Agustinus Lie CDD, yang pada waktu itu menjadi penanggung jawab pelayanan umat Katolik Mandarin KAJ maka diundanglah utusan Umat Katolik Mandarin dari beberapa Paroki yang aktif menyelenggarakan misa Mandarin. Dengan demikian dimulailah pertemuan Pertama Umat Katolik berbahasa Mandarin Se Indonesia pada tgl 18-19 Desember 2002 di Ciloto, Bogor. Ada dua tujuan yang ingin dicapai dengan Pertemuan Umat Katolik Mandarin pertama ini, selain bertemu dengan utusan Takhta Suci untuk Umat Tionghoa Perantauan, yakni pertama untuk melaporkan keadaan dan perkembangan umat katolik berbahasa mandarin di tempatnya masing-masing dan yang kedua agar sesama komunitas umat katolik berbahasa mandarin dapat saling mengenal, bertukar pikiran dan saling memahami.
Pada waktu itu tercatat utusan dari Jakarta, Medan, Aceh Lhoksemawe, Palembang, Singkawang dan Pontianak. Rapat di pimpin oleh Pater Agustinus Lie CDD dan di dampingi oleh Alm. Pater Paulus Ji CDD dan Pater Lianto Lie CDD serta utusan Takhta Suci untuk Umat Tionghoa Perantauan Pater Paul Phang OFM. Dalam rapat ini, perwakilan masing masing umat katolik berbahasa mandarin diminta untuk mendirikan perkumpulan umat Mandarin di tempat masing-masing dan dalam rapat diputuskan bahwa pertemuan ke dua akan diadakan di Medan. Kemudian berturut-turut pertemuan ketiga tahun 2007 di laksanakan kembali di Jakarta. Pertemuan ke 4 tahun 2010 diadakan di Rumah Retret Tirta Ria, di Pontianak. Dalam rapat ke-4 ini diputuskan bahwa sebagai koordinator atau penghubung Umat Katolik Mandarin Indonesia adalah ketua “Lianluochu” atau pusat pelayanan Umat Katolik Mandarin yang berkedudukan di jalan Dwi Warna I no 20 RT 015/RW 09 Jakarta Pusat. Pertemuan Umat Katolik Mandarin Indonesia ini adalah suatu rahmat tersendiri dan merupakan campur tangan Allah sendiri karena pertemuan ini muncul tanpa disengaja karena Pater Paul Phang OFM ingin mengadakan visitasi ke Umat Katolik Indonesia. Kita pantas mengucap syukur kepada Tuhan atas semua ini.
Diatas semua ini, kita pantas mengucapkan terima kasih kepada para Uskup yang telah mendukung dan mendorong terwujudnya pelayanan rohani kepada Umat Katolik Mandarin. Pada kesempatan pertemuan kelima ini, Umat Katolik berbahasa Mandarin di Indonesia berterima kasih kepada Uskup Agung Palembang Mgr Aloysius Sudarso SCJ, yang telah menerima dan mendukung pertemuan kelima Umat Katolik Mandarin Indonesia, kepada para Uskup dimana misa Mandarin dapat terlaksana dengan baik ; Uskup Agung Jakarta, Mgr Ignatius Suharyo Pr, Uskup Agung Pontianak, Mgr Hieronimus Bumbun OFM Cap, Uskup Surabaya, Mgr Vincentius Sutikno Wisaksono Pr, Uskup Agung Medan Mgr. Anicetus Bongsu Antonius Sinaga, O.F.M. Cap dan para Pastor yang bersedia memimpin misa dalam bahasa Mandarin maupun bahasa Indonesia kepada komunitas Umat Mandarin.
Tujuan dari pertemuan ini tidak dapat serta merta tercapai hanya dalam pertemuan 3 hari, namun merupakan suatu proses yang terus menerus dan berkesinambungan. Mewartakan Kristus melalui bahasa Mandarin adalah bahasa yang mau mengatakan bahwa sarana pembelajaran bahasa Mandarin dapat menjadi pintu masuk untuk memperkenalkan Kristus. Untuk itu, kita semua dituntut melibatkan diri. Hanya mereka yang mampu melihat kesempatan ini dapat merebut kesempatan untuk memperkenalkan Kristus. Memang suatu pekerjaan besar tak dapat dilakukan dalam sekejap mata tetapi memerlukan waktu dan tahapan untuk menyelesaikannya, bahkan dibutuhkan kesabaran dan keteguhan untuk mencapainya. Sebagaimana pepatah kuno orang Tionghoa mengatakan : 一口吃不成胖子,一步跨不到天邊 (sekali makan tidak akan gemuk,sekali langkah tidak akan sampai ke ujung bumi). Semoga melalui pertemuan kali ini, kita semua semakin giat dan aktif mewartakan Kristus melalui usaha kita memperkenalkan bahasa Mandarin kepada masyarakat luas. Sampai ketemu lagi dalam pertemuan ke-6 yang akan dilaksanakan di Jakarta. Salam dan doa Fr.Ignas Huang CDD

05 August 2012

KONGRES EKARISTI KEUSKUPAN SURABAYA

Pohsarang, 22-24 Juni 2012
Fr. Fol Piluit CDD

      Kongres Ekaristi sedunia pertama kali diadakan di Perancis pada tahun 1881. Pada tahun ini, Kongres tersebut dilaksanakan di Dublin, Irlandia pada tanggal 10-17 Juni 2012 dan merupakan Kongres Ekaristi sedunia yang ke lima puluh. Di Indonesia, Kongres Ekaristi serupa pertama kali diadakan oleh Keuskupan Agung Semarang tahun  2008 dan pada tahun ini keuskupan tersebut menyelenggarakan Kongres Ekaristi untuk yang kedua  kalinya. Keuskupan berikutnya yang menyelengarakan Kongres Ekaristi adalah Keuskupan Surabaya pada tahun ini.

      Berangkat dari keinginan Bapa Uskup Surabaya Msgr. Vincentius Sutikno Wisaksono, Pr pada akhir tahun 2011 yang menyatakan keinginannya mengadakan Kongres Ekaristi Keuskupan (KEK) guna semakin mendalami dan menghayati ekaristi yang lebih mendalam bagi umat di Keuskupan Surabaya karena semakin memudarnya semangat dan makna Ekaristi di tengah umat. Sesuai dengan Arah Dasar (ARDAS) Keuskupan yang pada tahun ini menetapkan sebagai tahun “Remaja dan Liturgi” di Keuskupan Surabaya, bertepatan pula dengan pelaksanaan Kongres Ekaristi sedunia, maka dirasa tepatlah moment tersebut untuk menyelenggarakan kongres ekaristi pada tahun ini.
      Kongres Ekaristi Keuskupan Surabaya diadakan di Pohsarang pada tanggal 22-24 Juni 2012 dengan mengambil tema: “EKARISTI: PERSEKUTUAN DENGAN KRISTUS DALAM PERUTUSAN GEREJA”. Tujuannya adalah:

1. Mempromosikan kesadaran akan peran sentral Ekaristi dalam hidup dan perutusan Gereja
2. Mengembangkan kualitas pemahaman dan praktek pelayanan liturgis
3. Mengantar remaja Katolik ke dalam persekutuan yang ekaristis dengan Kristus

Kongres ekaristi Keuskupan Surabaya dibagi menjadi dua kelompok yakni kelompok pertama adalah pendamping misdinar dan misdinar.Kelompok kedua adalah kelompok dewasa, Seksi Liturgi paroki, biarawan/wati dan klerus.Diikuti oleh 420 peserta dari seluruh paroki di Keuskupan Surabaya.Kongres dimulai dengan adorasi kepada Sakramen Mahakudus yang dipimpin oleh Rm Stephanus Fany Hure, Pr. Kemudian Kongres dibuka secara resmi oleh Vikjend Keuskupan Surabaya Rm. Agustinus Tribudy Utomo Pr (Rm Didik). Bapa Uskup Surabaya baru datang pada hari itu juga pukul 11.30 malam. Dalam sambutannya Rm Didik menjelaskan apa makna dari kongres ekaristi?

1. Kongres, berasal dari bahasa Latin “congredior-congressus sum”. Istilah tersebut merupakan gabungan dari kata “cum” – “gradior” (gradior-gressus sum): artinya melangkah, berjalan, pergi, maju bergerak; dengan demikian “congredior” artinya: maju bergerak bersama untuk berhimpun. Dalam kata itu terkandung adanya gerakan bersama untuk berhimpun.

2. Ekaristi: berasal dari bahasa Yunani ευχαριστω, artinya bersyukur dan berterima kasih. Dengan pengertian tersebut Kongres Ekaristi kita artikan sebagai peristiwa umat bergerak bersama untuk berhimpun dengan tujuan bersyukur dan berterimakasih atas Allah yang telah mengasihi manusia dan seluruh dunia, yang ditandakan dalam pemberikan diri Putera-Nya Yesus Kristus agar manusia dan seluruh dunia diselamatkan (http://ekaristi.wordpress.com).

      Selama Kongres Ekaristi, untuk kelompok misdinar dan pendamping misdinar didalami tentang peran dan makna gerak dalam liturgy sehingga menimbulkan keseragaman gerak dalam melayani di altar bagi para misdinar.
      Dimulai sesi I yakni sharing pengalaman di dalam merayakan ekaristi oleh Rm. Fusi Pr; Rm Hersmedi CM; Sr. Lourentina CB; dan Bp. Romeo. Rm Fusi mensharingkan pengalamannya di dalam menjalankan tugas merayakan ekaristi. Ia seringkali menambahkan “doa-doa tambahan” yang sesuai dengan kebutuhan umat di dalam doa-doa liturgis dalam perayaan ekaristi. Hal ini ternyata telah menjadi “batu sandungan rohani” bagi umat yang merayakannya. Rm Hersmedi mensharingkan segala persiapan yang ia lakukan sebelum misa yakni mempersiapkan khotbah dengan tulisan sehingga khotbah tidak ngalor-ngidul, tidak jelas arahnya. Sr Lourentina menceritakan pengalamannya sejak kecil bagaimana orang tua mendidik untuk selalu ikut ekaristi sehingga ia memperoleh kekuatan dari padanya. Bp. Romeo menjelaskan bagaimana sikap dan niat kita sebelum merayakan ekaristi.Kesadaran bahwa mengikuti ekaristi berarti mengikuti perjamuan Tuhan.Orang harus terlebih dahulu mempersiapkan diri mulai dari rumah.Pada waktu prefasi maka orang digabungkan dengan para malaikat untuk menyanyikan pujian keagungan Allah dengan Kudus.
      Sesi kedua diisi oleh Rm Senti Fernandez Pr. Beliau mengajak para peserta kongres untuk mendalami dan menemukan spiritualitas dari merayakan ekaristi.Ekaristi merupakan perbuatan Kristus sendiri. Imam sebagai in persona Christi (bertindak dalam pribadi Yesus Kristus) menghadirkan kembali kurban ekaristi bersama dengan umat.
      Pada Sesi ketiga, Pater DR. Bernad Boli Ujan, SVD yang merupakan ahli liturgi menjelaskan peranan sentral Ekaristi ditinjau dari sudut liturgis dan eklesiologis. Ekaristi pada dasarnya sebagai ungkapan syukur. Ungkapan syukur ini pada akhir perayaan ekaristi harus senantiasa dibagikan. Ite Missa est yang berarti “Pergilah, kamu diutus” dengan sangat jelas menggambarkan hal itu. Dalam terjemahan bahasa Indonesia istilah itu diperhalus menjadi “marilah pergi, kita diutus.” Ada kelebihan dan kekurangan dalam terjemahan baru ini. Kekeurangannya adalah “perintah” untuk mewartakan kurban ekaristi terasa kurang mendapat penekanan. Kelebihannya adalah terdapat unsur ecclesial dengan adanya kata “kita.” Kita di sini melibatkan seluruh anggota Gereja.
      Sesi terakhir di isi oleh Rm Alexius Kurdo Irianto Pr. Sesi yang dibawakan secara menarik di mana Ekaristi dikaitkan dengan kehidupan pastoral kehidupan setiap hari. Rm Kurdo memberikan judul sesinya: “Dari Altar Ekaristi Menuju Altar Hidup Sehari-hari.” Berangkat dari tugas perutusan yang diterima oleh umat dalam akhir perayaan Ekaristi maka Ekaristi tidak boleh sekedar berhenti pada perayaan semata. Ekaristi merupakan suatu proses pengudusan dan perutusan terus menerus. Dari pengudusan dan perutusan yang dilakukan secara terus menerus ini maka seharusnya timbul hubungan interaksi bukan hubungan kontak maupun relasi.

Menurut Rm Kurdo: ada tiga model hubungan yakni
1) Kontak: Hubungan yang terjalin hanya sebentar, basa basi dan setelah itu hilang. Misal orang yang berkenalan di bus umum, dsb.
2) Relasi: Hubungan yang tertuju pada pemenuhan kebutuhan. Mereka akan berhubungan sejauh membutuhkan. Misal: relasi penjual-pembeli, dsb.
3) Interaksi: Hubungan yang berpengaruh secara terus menerus sepanjang hidup. Misal: orang tua kepada anak, anak hidup dalam orang tua, dsb. 

Rm Kurdo menegaskan bahwa setelah menghayati, merenungkan dan menerima pengurbanan Yesus Kristus dalam perayaan Ekaristi maka setiap orang Katolik haruslah berani menjadikan hidup mereka menjadi semakin “ekaristis.” Apa maksudnya? Berani untuk memberikan dirinya kepada sesamanya.Contohnya seorang suami berani mengatakan “Terimalah dan makanlah, inilah tubuhku yang diserahkan bagimu. Terimalah dan minumlah, inilah piala darahku … yang ditumpahkan bagimu” kepada istrinya dan sebaliknya; orang tua kepada anaknya dan sebaliknya; seorang gembala kepada umatnya dan sebaliknya; dsb. Hal ini haruslah dimulai dari “Keluarga”. Dari keluarga meluas kepada hidup menggereja dan pada akhirnya meluas sampai pada kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan masyarakat, orang akan mengalami perjalanan “padang gurun” karena banyaknya pengalaman, kesusahan, dsb. Perjalanan “padang gurun” ini akhirnya harus dipersembahkan kembali dalam perayaan ekaristi, demikian seterusnya proses ini berlanjut terus menerus.

Ada tiga model dalam ber-ekaristi:
1. Umat menonton, Imam Monoton
Yang dimaksud dengan menonton ekaristi adalah sekedar hadir (syukur jika mengikuti dari awal sampai akhir), terlambat atau pulang lebih dahulu menjadi suatu hal yang biasa.Yang diminati adalah bagusnya, meriahnya, lucunya, nyamannya tempat, dsb. Pakaian mereka ya layaknya penonton, terserah mau model pakaian “you can see”atau apapun, jika ditegur mengatakan apa urusanmu! salahnya sendiri terganggu. Sebagai penonton maka penonton pun bebas melakukan SMS, ngobrol, BBM, dsb.Keterlibatan sangat rendah.
Imamnya monoton. Imam hanya sekedar membaca rumusan doa tanpa ada penghayatan sedikitpun. “…ewes…ewes… ewes saja” yang penting diucapkan sesuai yang tertulis.Tidak perlu persiapan yang serius, tinggal baca saja.

2. Umat mengikuti Ekaristi, Imam memenuhi tugas memimpin Ekaristi
Umat mengikuti Ekaristi sebagai pemenuhan kewajiban yuridis.Aktif dalam gerak, menyanyi, dsb namun batinnya tidak menyambung dengan perayaan.
Imam bertugas memimpin Ekaristi dimana dipandang hanya sebagai pemenuhan tugas. Semua dilakukan dengan baik tetapi apa yang didoakan, dinyanyikan dan diwartakan dalam perayaan Ekaristi dihayati langsung dalam hidup sehari-hari tidak begitu penting. Maka sering terlihat “gaya” hidup beberapa imam tidak ada bedanya dengan yang bukan imam.

3. Umat dan Imam bersama merayakan Ekaristi
Umat dan imam mempersiapkan diri dengan baik secara fisik dan batin. Ada persatuan yang tak terpisahkan antara apa yang dilakukan secara fisik dan hal rohani. Dari altar ekaristi menuju altar hidup sehari-hari.

Pada sore hari tgl 23 Juni 2012 diadakan pembicaraan dalam kelompok-kelompok kecil dan membahas rancangan kerja yang akan dilakukan di tiap-tiap paroki. Malam harinya diadakan prosesi sakramen Mahakudus dari gua Maria menuju kapel Wisma Betlehem yang kemudian dilanjutkan adorasi semalam suntuk hingga hari minggu pukul 8 pagi. Kongres Ekaristi Keuskupan Surabaya ditutup dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin langsung oleh Bapa Uskup Surabaya pada hari minggu, tgl.24 Juni 2012 pukul 10 pagi. Pada saat itu diterimakan pula komuni pertama kepada sekitar 400 anak dari seluruh kevikepan Blitar dan Kediri. 

Setelah misa selesai dilanjutkan dengan makan siang bersama dan sayonara.

01 June 2012

Sepenggal Perjalanan Mgr. A.E.J. Albers O.Carm dan Rumah Sakit Panti Nirmala

J.A. NOERTJAHYO     janoert@yahoo.co.id      
Penyusun Sejarah RS-PN, Juni 1993, berdasar penuturan pengurus senior Yayasan RS-PN dan catatan Prof DR Habib Mustopo, sejarawan dan guru besar IKIP Malang. 

Malang, masa Novena Pentakosta, 18-26 Mei 2012.

            TAHUN 2012 ini genap 32 tahun Mgr. A.E.J. Albers O.Carm. menghadap Sang Khalik. Beliau memangku jabatan sebagai Uskup Malang selama 34 tahun (1939-1973). Sepenggal perjalanan beliau terekam dalam buku “64 Tahun R.S. Panti Nirmala Malang” halaman 40, sebagai berikut:
Pada masa transisi yang sangat sulit itu, untuk pengelolaan RS pengurus THIS mendapat uluran tangan yang sangat berharga  dari Uskup Malang saat itu, Mgr. A.E.J. Albers O.Carm (alm) dengan dirintisnya kerja sama antara perkumpulan THIS dengan Kongregasi Suster Misericordia di tahun 1952. Bangunan dan berbagai sarana RS dibenahi sehingga kuantitas dan kualitas pelayanannya dapat terus ditingkatkan. Tidak dapat dipungkiri eksistensi RS-THIS yang kini berusia 64 tahun ini berkat kerja keras dan pengabdian dari para Suster Misericordia yang bekerja sama dengan pengurus THIS sekitar 37 tahun (1952-1988). Para Suster Misericordia yang melaksanakan pengabdiannya di RS-THIS/RS-PN dan sangat berjasa, antara lain, adalah Sr. Gregoria, Sr. Catherine, Sr. Alberta, Sr. Alexia, Sr. Theresia, Sr. Germana, Sr. Imelda, Sr. Mathilda, Sr. Bernadette; dan masih banyak lagi. Sedangkan rohaniwan yang sulit dipisahkan dengan RS-THIS/RS-PN adalah Pastor Wang (alm)”.
Catatan: Foto-foto peresmian kerja sama tersebut dimuat dalam buku “70 Tahun Rumah Sakit Panti Nirmala Malang”, halaman 16. Dalam buku ini, tentang Mgr A.E.J. Albers O.Carm ditulis:
”Uskup Malang (1939-1973), adalah perintis dan pemberh izin dilakukannya kerja sama antara Perkumpulan THIS (RS THIS) dengan Kongregasi Suster Misericordia (RKZ Malang) tahun 1952. Saat itu RS THIS mengalami berbagai kendala dalam operasionalnya, terutama tenaga dokter, medis, dan obat-obatan. Dengan kerja sama tersebut RS THIS dapat mengatasi kesulitannya, dan pada tahun 1961 nama “Tiong Hwa Ie Sia” diganti/diubah menjadi “Panti Nirmala”.
Dalam buku ini juga ditulis peran Pastor Joseph Wang CDD, sbb:
“Bertahun-tahun menjadi anggota Pengurus Perkumpulan/Yayasan,sekaligus sebagai pembimbing rohani yang hampir setiap hari mempersembahkan Misa Kudus di Kapel RS. Beliau juga banyak memberikan nasehat dan turut mengawasi perawatan gedung dan pembangunan beberapa bagian. Pastor Wang juga meninggal di RS Panti Nirmala karena sakit, pada tanggal 12 November 1985” (halaman23)
Dengan terjadinya kerja sama tersebut, RS THIS (Tiong Hwa Ie Sia)/RS Panti Nirmala (RS-PN) dikelola RKZ/RS Panti Waluyo sebagai RS Katolik. Kapel dibangun, diresmikan dan diberkati. Ruangan RS diberkati dan ”dihiasi” salib sebagai tanda kemenangan Kristus, serta diberi identitas dengan nama Santo/Santa (Orang Kudus) sebagai pelindungnya. Pencantuman nama Santo/Santa itu diimani mampu menjadi mediasi dengan Tuhan Yang Mahakasih untuk selalu melindungi penghuninya, yaitu para karyawan, pasien, pengunjung, dsb. Juga sebagai ”petunjuk” ruangan yang praktis dan mudah diingat.
Pimpinan rumah sakit (Direktris dan Administratur) ditentukan oleh Pimpinan Kongregasi Misericordia, seperti yang berlaku di RKZ.
            Berkat jasanya di atas, Rapat Yayasan (1993) memutuskan untuk melakukan ziarah ke makam Mgr. A.E.J. Albers O.Carm. di pemakaman Sukun Malang pada setiap Hari Ulang Tahun Yayasan & RS Panti Nirmala, tanggal 01 Oktober.   
Karya-pengabdian Kongregasi Suster Misericordia di RS Panti Nirmala  Malang di atas – dengan restu dan mediasi Keuskupan Malang – tahun 1988 diserah-terimakan kepada Kongregasi Suster Pasionis sebagai penerus karya pengabdiannya. .
            Semoga sepenggal kisah ini bermanfaat bagi kita bersama.

Trailer Film SOEGIJA

31 May 2012

“Soegija”, Sepenggal Kisah Romo Kanjeng Mgr. Albertus Soegijapranata SJ (1)

Rencana penayangan film Soegija sudah ramai dibicarak`n. Untuk mengenal lebih jauh sosok Mgr. Soegijapranata SJ yang menjadi pahlawan nasional dengan perjuangan tanpa kekerasan, sesuai dengan ciri Gereja Katolik, silahkan ikuti tayangan berikuti ini. Tayangan ini diambil dari tulisan Mathias Hairyadi di Sesawi Net
 



ANTARA film Soegija dan tokoh pahlawan nasional Mgr. Albertus Soegijapranata SJ yang dulu dikenal dengan sebutan Romo Kanjeng ada rentang sejarah yang teramat panjang. Soegija film layar lebar pertama hasil diprodusi Studio Audio-Visuat Puskat Yogyakarta baru lahir tahun 2012. Sementara tokoh yang ditampilkan melalui jalinan seluloid ini –yakni Romo Kanjeng—telah lama hilang dari peredaran.
Romo Kanjeng meninggal dunia di Steyl, Venlo, Negeri Belanda, tanggal 22 Juli 1963. Jenazahnya kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan di Semarang.
Romo Kanjeng yang lahir di Solo 25 November 1896 ini merupakan uskup pribumi pertama di Indonesia. Romo Kanjeng mendapat gelar Pahlawan Nasional dari tangan Presiden Soekarno berdasarkan SK Presiden RI No 152/Tahun 1963 tertanggal 26 Juli 1963. Karena ketokohannya inilah, nama Romo Kanjeng diabadikan sebagai jalan raya di Semarang. Pun pula dimaterikan sebagai nama Universitas Katolik Soegijapranata, juga di Semarang.
Rentang waktu 49 tahun
Lahir tahun 1896 dan meninggal tahun 1963, namun film Soegija baru “lahir” tahun 2012. Berarti ada rentang waktu 49 tahun dimana  telah terjadi “kekosongan” informasi mengenai tokoh sepenting Romo Kanjeng ini. Padahal, sejarah mesti meletakkan peran Romo Kanjeng  ini sebagai tokoh Gereja dan contoh anak bangsa dari golongan bumi putera (inlander) di balik upaya besar menggelorakan semangat silent diplomacy guna merebut empati dan simpati dunia internasional terhadap sebuah nation baru saja lahir dan itu bernama Indonesia.
Mereka yang lahir setelah kurun waktu tahun 1960-an, tentu sosok Romo Kanjeng merupakan figur asing. Menyebut namanya pun tak pernah sekelebat bisa mampir di memori orang. “Ah, siapa itu Romo Kanjeng alias Monsinyur Albertus Soegijapranata SJ?,” kata Anas, seorang guru kelahiran Bangka yang pernah studi Bahasa Inggris di Universitas Sanata Dharma (USD).
USD adalah lembaga pendidikan tinggi asuhan para Yesuit. Begitu pula Romo Kanjeng pun seorang Jesuit. Namun, juga terbentang rentang waktu yang  begitu panjang sehingga “orang penting” dari Ordo Serikat Jesus Provinsi Indonesia ini juga kurang ngetop di kalangan para Jesuit muda dan apalagi mereka yang bukan Jesuit. Tapi untunglah, SJ Provindo punya Romo Gregorius Budi Subanar SJ –putra asli Yogyakarta dan alumnus SMA Teladan Yogya—yang di tahun 1996 mulai serius menggali sejarah, profil dan kiprah Romo Kanjeng Mrg. Soegijapranata SJ.
Studi kepustakaan dan riset di Belanda sengaja dilakukan Romo Banar demi keperluannya menulis  disertasi untuh meraih gelar doktor bidang Sejarah Gereja di Universitas Gregoriana di Roma. Namun, siapa sangka kalau studi tersebut kini menjadi semacam “perpustakaan berjalan” bagi Gereja Indonesia untuk bisa mengungkit kembali tentang apa dan siapa Romo Kanjeng itu. Tentu, di tangan orang semacam Romo Budi Subanar SJ inilah yang bisa meletakkan sosok Romo Kanjenf ini pada jalinan peristiwa-peristiwa penting Indonesia usai memproklamirkan kemerdekaannya namun kedaulatannya tetap tergadaikan di tangan Belanda.  (Bersambung)

Artikel terkait:

15 May 2012

Minggu panggilan di paroki Bartholomeus Bekasi

Paroki St Bartolomeus yang biasa di singkat dengan SanBarto di Galaxy Bekasi mengadakan Aksi minggu panggilan. Pada kesempatan ini, panitia berhasil mengundang beberapa kongregasi untuk hadir dan menyapa umat di San Barto. Pada 28 dan 29 April 2012, panitia minggu panggilan San Barto mengundang suster-suster OSF, Ursulin, pekerja misionaris (karmelit awam), frater-frater CICM, SX dan CDD untuk hadir di Paroki San Barto.
Para biarawan diminta untuk mengadakan pameran barang barang kongregasi dan sekaligus ikut memperkenalkan diri dalam setiap misa yang dilaksanakan di gereja San Barto. Pameran dilangsungkan sejak sabtu sampai minggu siang. Sesudah misa selesai, Panitia mengadakan temu wicara dengan umat dan OMK di aula paroki. Dalam kesempatan ini, Rm D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr diundang panitia untuk menjelaskan perkembangan pendidikan seminari di Indonesia. Sesudah itu, masing-masing wakil dari kongregasi di daulat untuk memperkenalkan cirri khas dari masing masing kongregasi.
Fr Ignas CDD yang sedang bertugas di gereja Katolik Mandarin keuskupan Agung Jakarta turut hadir dalam acara ini. Meski sendirian, Fr Ignas CDD hadir dan berusaha untuk memperkenalkan kekhasan dari kongregasi Murid-murid Tuhan. Stand yang memperkenalkan CDD juga diserbu oleh umat. Pada umumnya umat terkesan dengan salah satu pelayanan CDD yang menyentuh pelayanan rohani umat berbahasa Mandarin.
Perkembangan bahasa Mandarin yang semakin pesat dan laju membuat umat terkesan dan memiliki minta untuk mengetahui bagaimana CDD melayani kebutuhan rohani umat berbahasa Mandarin.
Hari sabtu, semua peserta minggu panggilan dari setiap kongregasi disebar dan diminta untuk menginap di rumah-rumah umat. Fr Ignas CDD ditempatkan pada salah satu wilayah yang cukup banyak anak mudanya. Malam itu, bersama dengan dua frater SX, kami mengadakan temu bersama dengan umat lingkungan. Banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh umat kepada para frater. Dengan sabar, para frater melayani pertanyaan-pertanyaan itu. Kadang kocak kadang menyentuh…begitulah proses dan dinamika hidup panggilan.
Harapan kita dan terutama gereja adalah agar melalui kegiatan minggu panggilan ini, akan tumbuh benih benih panggilan yang subur dalam gereja kita. Sebagaimana Bpk Celso Costantini, pendiri CDD amat menekankan pelayanan dan terutama usaha yang terus menerus untuk menolong orang-orang muda agar mampu menemukan panggilan khusus ini. Maka CDD juga harus terus menerus berusaha agar semakin banyak anak muda yang mau menyerahkan diri dan membaktikan diri bagi pelayanan dalam gereja Kristus. Gereja membutuhkan banyak tenaga muda untuk mewartakan cinta kasih Tuhan yang telah menyerahkan diri bagi manusia. Semoga berkat minggu panggilan ini, iman umat dan terutama benih panggilan bertumbuh subur.
Seluruh rangkaian acara diakhiri dengan pemberian kenang-kenangan dari panitia kepada semua peserta pameran minggu panggilan. Kemudian acara ditutup dengan sesi foto bersama dan makan siang bersama. Semoga rahmat panggilan bertumbuh subur dalam gereja kita dan semoga semakin banyak anak muda yang berani menyerahkan diri untuk pelayanan khusus ini. Mari kita saling mendoakan dan dalam iman yang sama, kita percaya bahwa Tuhan akan mendengarnya dan segera ,mengirim pekerja-pekerja ke ladangNya yang subur
salam dan doa Ignas Huang CDD