Congregatio Discipulorum Domini

Para anggota Congregatio Discipulorum Domini (Kongregasi Murid-murid Tuhan) menghayati hidupnya sebagai murid dan senantiasa belajar pada Yesus Kristus, sang Guru Agung. Kunjungan kepada Sakramen Mahakudus menjadi ungkapan cinta dan penyerahan diri secara total. Dari sinilah para anggota menimba kekuatan untuk karya kerasulannya sebagai murid yang diutus untuk mempersiapkan orang menyambut Kristus di dalam hidupnya (bdk. Luk 10:1-12).

23 March 2009

Misa Syukur Hari Raya Santo Yusup Pelindung Yayasan dan Sekolah Kolese Santo Yusup Malang, Yayasan dan Sekolah yang dikelola oleh CDD












Hari kamis, 19 Maret 2009, kongregasi Murid-murid Tuhan memperingati Santo Yusup yang menjadi pelindung Yayasan dan Sekolah-sekolah yang dikelola oleh CDD di Malang dan Bali. Misa berlangsung meriah dan disemarakkan dengan kehadiran enam imam CDD dalam misa konselebrasi. Misa kudus dipimpin oleh Romo Willy CDD sebagai ketua yayasan Santo Yusup didampingi oleh Pater Lodewiyk CDD provinsial CDD, Rm Yuki CDD wakil provinsial, Rm Agustinus Lee CDD, Rm Sukamto CDD dan Rm Marianus CDD, ketiganya adalah konsultor CDD propinsi Indonesia. Dalam misa kudus ini, para frater skolastik CDD dan frater novisiat CDD juga hadir untuk ikut memeriahkan acara. Br Giyanto CDD dari Sawiran juga hadir dalam acara ini.

Dalam misa ini, Rm Willy menekankan bahwa meskipun kita sedang berpesta tetapi kita jangan melupakan bahwa kita sedang berada dalam masa prapaskah, masa puasa dan pantang untuk menyambut kebangkitan Tuhan. Dalam misa ini juga, kita perlu mengingat dan mendoakan saudara-saudara kita yang sedang berkesusahan. Santo Yusup adalah seorang pribadi yang tulus, lurus dan jujur. Apa maksudnya ? Rm Willy menegaskan bahwa sebagai wacana, kata jujur, tulus dan lurus memang tinggal kata-kata oleh sebab itu, yang penting adalah tindakan ! menurut Rm yang terkenal karena kecintaannya pada alam dan juga pada pelayanan masyarakat kecil ini, ketika kita mulai melirik kemewahan atau hidup dengan mewah maka sikap ketidakjujuran akan mengintai dan siap merusak semuanya.







Misa yang berlangsung dengan hikmat ini dihadiri oleh seluruh guru dan karyawan serta murid-murid dari unit TK, SD, SMP dan SMA yang berasal dari kota Malang dan Bali.







Setelah misa selesai, acara dilanjutkan dengan defile yang menampilkan atraksi dari para siswa SD, SMP dan SMA. Unit SMP KOSAYU dari Bali juga turut unjuk gigi dengan seni tradisi khas bali yang menawan. Acara defile yang dilangsungkan di sekolah St Yusup ini adalah salah satu kegiatan yang dirintis oleh Pastor Wang CDD. Kegiatan ini bermaksud untuk menumbuhkan semangat kecintaan dan ketahanan dari para siswa-siswi KOSAYU ( sebutan untuk Kolose Santo Yusup ). Dengan semangat yang membara, para siswa menunjukkan kecintaan dan keuletannya dalam mengabdi ilmu di KOSAYU. Di Taiwan acara ini juga diadakan setiap tahun di persekolahan Heng yee yang juga dikelola oleh imam-imam CDD propinsi Zhongguo.Seluruh rangkaian acara diakhiri dengan santap siang bersama di aula terbuka di samping SMA St Yusup.







Semoga semangat dan keteladan S.Yusup menyemangati kita semua dalam mengemban tugas dan karya kita masing-masing disetiap unit kerja kita baik sebagai imam, bruder, frater CDD maupun sebagai guru,karyawan dan murid di S Yusup yang dikelola oleh Kongregasi Murid-murid Tuhan.



Tetap Bersemangat

Salam dan doa


Fr Ignashuang CDD

In Memoriam: Uskup Joseph Jiang Mingyuan CDD


CINA - Uskup Bawah Tanah Zhaoxian, Hebei, Meninggal Dunia Di Usia 77 Tahun
2008-7-15

ZHAOXIAN, Cina (UCAN) -- Uskup Zhaoxian Mgr Joseph Jiang Mingyuan dari Gereja bawah tanah, yang dikenal karena kehematan dan kesederhanaannya, meninggal dunia pada 13 Juli dini hari di usia 77 tahun.

Berita kematian dari Keuskupan Zhaoxian memuji uskup yang diakui Vatikan itu sebagai “seorang gembala baik bagi kawanan dombanya dan seorang anggota setia dari Tarekat Murid-Murid Tuhan, yang telah menjalankan kehidupan iman yang kokoh dan tekun.”

Kardinal Celso Costantini, utusan pertama Vatikan untuk Cina, mendirikan tarekat itu di Cina bagian utara pada tahun 1927.

Pemakaman mendiang uskup itu direncanakan 19 Juli pagi di gereja Biancun di daerah Ningjin, Hebei, 290 kilometer tenggara Beijing.

Pemerintah Cina mengakui Uskup Jiang hanya sebagai seorang imam, bukan uskup.

Suster Teresa Wang Qingfen, seorang biarawati dari keuskupan Zhaoxian, menjenguk prelatus itu di sanatorium yang dikelola keuskupan untuk kaum klerus sehari sebelum ia meninggal. Suster itu mengatakan kepada UCA News pada 13 Juli bahwa Uskup Jiang hanya bisa menerima tetesan infus ke dalam pembuluh darah dan makanan cair selama beberapa hari sebelum ia meninggal.

Suster Wang, direktur Liming Family, sebuah pusat rehabilitasi yang dikelola gereja untuk anak-anak cacat fisik dan mental, menggambarkan mendiang uskup itu sebagai “pria yang sabar dan rendah hati, yang menjalani hidup sederhana.”

Suster itu menceritakan bahwa setelah tahbisan imam, dia sering bersepeda dalam jarak yang jauh, kadang 100 kilometer dalam sehari, untuk karya pastoral dan evangelisasi, atau membeli tiket paling murah jika ia mengadakan perjalanan dengan kereta api.

Suster itu juga menceritakan bahwa pada suatu kali ketika uskup itu mengunjungi para suster di tarekatnya yang berkarya di panti kusta di Cina bagian selatan, ia datang tanpa makan selama 36 jam, karena ia ingin menghemat uang.

Seorang imam dari Zhaoxian mengatakan bahwa ia mengagumi kerendahan hati Uskup Jiang. Ia menceritakan bagaimana prelatus itu dulu biasa mengisi kembali mangkuk nasi para seminaris, suatu kebiasaan yang dilakukan orang muda Cina untuk para sesepuh. Ketika bepergian, uskup itu tidak akan menginap meskipun di penginapan murah, malah lebih suka tidur di stasiun kereta api, katanya.

Seorang seminaris, beserta salah satu dari beberapa imam, para biarawati dan frater dari Zhaoxian yang belajar di luar negeri, mengatakan kepada UCA News bahwa ia dan yang lainnya mengenang uskup mereka dalam Misa requiem 13 Juli sore bersama para mahasiswa Cina daratan lainnya.

Konselebran utama, katanya, berkotbah tentang bagaimana mendiang prelatus itu “dengan tenang menerima banyak penyiksaan, kesulitan, dan kesalahpahaman dalam hidupnya.”

Seminaris itu, yang berusia 20an, menambahkan bahwa Uskup Jiang mendukung dia melalui surat-surat supaya melakukan yang terbaik dalam belajar sehingga mendapat bekal untuk melayani Gereja, yang “butuh imam-imam cerdas dan berbudi luhur.”

Tahun lalu, selama liburan sekolah, seminaris itu mengunjungi prelatus yang sedang sakit. Ia menceritakan bahwa Uskup Jian “memegang kedua tangan saya” dan mengatakan: “Kamu mungkin tidak dapat bertemu saya waktu kamu datang ke sini lagi. Ketika saya seumuran kamu, saya sudah dipenjara. Saya menghabiskan sebagian besar masa muda saya di penjara.”

Uskup Jiang dilahirkan di sebuah keluarga Katolik pada 21 Februari 1931. Ia belajar di seminari menengah tahun 1944-1946 dan menempuh studi filsafat dan teologi tahun 1953-1958, setelah Republik Rakyat Cina terbentuk tahun 1949.

Ia dipaksa menjadi buruh pada akhir tahun 1958, tetapi ia ditangkap tahun 1961 dan dijatuhi hukuman untuk memperbaiki diri dengan menjadi buruh sampai tahun 1969. Para pejabat masih memantau dia setelah ia dibebaskan.

Ia ditahbiskan imam tahun 1981 dalam Kongregasi Murid-murid Tuhan (CDD).

Tidak lama sesudah Uskup Zhaoxian Mgr Raymond Wang Chonglin menahbiskannya secara rahasia sebagai seorang uskup koadjutor pada 8 Agustus 2000, Uskup Jiang ditangkap dan ditahan selama lima bulan. Kemudian pada tahun itu juga, ia menderita pendarahan otak.

Uskup Wang, 87, seorang uskup bawah tanah yang ditempatkan di Gereja yang diakui pemerintah tahun 1998 sebagai Uskup Xingtai, sebuah keuskupan ciptaan pemerintah yang mencakup Zhaoxian, juga ditahan setelah ia mentahbiskan Uskup Jiang. Setelah dibebaskan, ia dilarang menahbiskan imam-imam baru.

Uskup Jiang ditugaskan sebagai pemimpin Keuskupan Zhaoxian pada sebuah Misa Krisma 22 Maret 2006, setelah Paus Benediktus XVI menyetujui pengunduran diri uskup Wang. Namun, setahun kemudian, karena kesehatan yang buruk, Uskup Jiang mengembalikan keuskupan itu kepada Uskup Wang.

Setelah serangan jantung pada bulan Maret tahun ini, Uskup Jiang dua kali dirawat di rumah sakit. Ia kemudian tinggal di sanatorium yang dikelola Gereja sampai ajalnya tiba.

Zhaoxian saat ini memiliki 57 imam, 84 suster, dan 48 mahasiswa seminari tinggi yang melayani kira-kira 57.300 umat Katolik.