Hari Sabtu, 20 Januari 2007 ini, biara Fatima kedatangan sekitar 80 remaja katolik paroki Batu. Acaranya adalah merayakan 75 tahun berdirinya CDD. Seluruh acara dikoordinir oleh Br. Andre dan Br. Giyanto. Sepertinya ide dasarnya dari Br. Andre, yang mau membuat sesuatu. Maka, bersama dengan para pembimbing dan mudika, acara terselenggara.
Bila melihat animo para peserta, sepertinya paroki Batu memiliki potensi yang luar biasa. Hanya selama ini CDD sendiri kurang terlibat dalam pelayanan pastoral manapun. Kalaupun di sekolah, anggota CDD sendiri jarang yang terjun langsung. Bagaikan gading yang tak tersentuh. Karena itu acara hari ini sangat menarik, sekaligus juga meriah. Tentu dalam seluruh acara memperkenalkan CDD, karena banyak umat di Batu hanya mendengar tentang CDD tetapi tidak tahu apa itu. Bahkan mungkin saja banyak yang tidak mengenal CDD.
Acara dilaksanakan di bangunan belakang. Anak-anak merasa senang, dan pada akhir acara dibagikan hadiah untuk anak-anak yang menang dalam lomba melukis. Romo pembantu paroki, Rm. Aditya datang sebentar untuk membuka acara. Namun karena ada acara lain dia harus pergi. Acara demi acara berlangsung, seperti menyanyi sambil peragaan, melukis, membuat yel-yel remaka batu.
Seluruh acara ditutup dengan Misa Kudus, dipimpin oleh Rm. Sukamto CDD yang khusus datang dari Sawiran, didampingi oleh Rm. Agus dan Rm. Rudy. Dalam homili Rm. Sukamto mengatakan bahwa sesuai dengan bacaan Injil Yesus dianggap sebagai orang gila oleh saudara-saudara-Nya. Namun kita tidak perlu takut menjadi gila, karena kegilaan kita menjadi sarana untuk mewartakan Injil. Asalkan orang menyebut kita: "Gile benar ..." itu tandanya kita berhasil membuat orang terpikat pada apa yang kita kerjakan, dan di situlah kita mengikuti Yesus yang juga dianggap orang "gile benar...."
Met pesta 75 tahun CDD!
Congregatio Discipulorum Domini
Para anggota Congregatio Discipulorum Domini (Kongregasi Murid-murid Tuhan) menghayati hidupnya sebagai murid dan senantiasa belajar pada Yesus Kristus, sang Guru Agung. Kunjungan kepada Sakramen Mahakudus menjadi ungkapan cinta dan penyerahan diri secara total. Dari sinilah para anggota menimba kekuatan untuk karya kerasulannya sebagai murid yang diutus untuk mempersiapkan orang menyambut Kristus di dalam hidupnya (bdk. Luk 10:1-12).