Sewaktu kembali ke Indonesia setelah pemeriksaan kesehatan, Br. Giyanto mengatakan dokter-dokter yang memeriksa tidak menemukan penyakit apa pun. Ada dua orang dokter yang menangani kakinya yang bengkak. Yang satu adalah dr. Law ahli ortopedi, dan satu lagi dr. Vijay ahli vernaculer (pembuluh darah). Penyakitnya dapat dianggap seperti "varises", yakni pembengkakan pembuluh darah. Tidak ada obat yang harus di minum. Cuma satu saja perbedaannya sewaktu dia kembali: pakai kaus kaki. Ini adalah kaus kaki khusus, yang membantu agar pembuluh darahnya tidak membengkak lebih besar.
Setelah kami amati, memang kakinya tidak lagi sebesar sebelumnya, sudah agak mengempis. Tetapi akan berapa lama? Tergantung kesetiaanya memakai kaus kaki. Sebab kata dokter, kalaupun dioperasi, maka setelah satu dua tahun akan kembali bengkak seperti itu.
Sementara menunggu hasil pemeriksaan, Br. Giyanto melewati hari Imlek di Paroki St. Ignatius (St. Ignatius Church) di Petaling Jaya. Apa kesannya? Misa imlek di sana biasa-biasa saja. Barangkali seperti Misa Tahun Baru 1 Januari. Malahan Misa Imlek di Indonesia dirayakan luar biasa meriah. Hmmm. Menarik juga ya. Lalu selama di sana dia sering diajak makan di rumah umat. Selalu saja ada sup. Menariknya, lama-lama rasanya ya itu-itu saja. Lha, Bruder, mau rasa apa lagi. Memang itu kan Chinese food. Ya rasanya seperti itu. Tetapi katanya Chinese food di Indonesia lebih enak, karena terasa bumbunya. Hahaha.
So bagaimana pun tinggal di Indonesia lebih baik. Tentu saja, kata orang Home Sweet Home.
No comments:
Post a Comment