Congregatio Discipulorum Domini
Para anggota Congregatio Discipulorum Domini (Kongregasi Murid-murid Tuhan) menghayati hidupnya sebagai murid dan senantiasa belajar pada Yesus Kristus, sang Guru Agung. Kunjungan kepada Sakramen Mahakudus menjadi ungkapan cinta dan penyerahan diri secara total. Dari sinilah para anggota menimba kekuatan untuk karya kerasulannya sebagai murid yang diutus untuk mempersiapkan orang menyambut Kristus di dalam hidupnya (bdk. Luk 10:1-12).
08 February 2012
barbeque OMK Costantini Jakarta
Kaum muda adalah harapan gereja.Maka Bapa Celso Costantini, pendiri CDD menekankan pentingnya pelayanan kepada kaum muda. Sebagai harapan gereja, kaum muda menjadi salah satu dasar yang selalu mendapat perhatian dan perlu di bina dan didampingi. Orang Muda Katolik Costantini (OMK) sudah berusia lebih kurang 4 tahun. Usia yang belum begitu dewasa dan dapat dikatakan masih balita. Namun mereka sudah banyak membantu dan menunjukkan eksistensinya dalam pelayanan umat di gereja Mandarin.
Pada 11-12 februari 2012, OMK Costantini kembali melakukan kegiatan pendalaman dan sekaligus rekreasi. Kegiatan ini dilangsungkan di Vila Bilabong di Bogor. OMK dengan jumlah sekitar 20an orang berbagi dan berinteraksi diantara mereka.
Kegiatan dimulai pada hari sabtu, OMK berangkat ke Vila Bilabong di pinggiran kota Bogor, rombongan dibagi dalam 3 mobil. Pukul 09.30 rombongan tiba di vila dan langsung disambut oleh pemilik Vila Bapak Joni dan Ibu Cucu yang juga adalah aktifis di gereja Mandarin kapel Dwi warna.
Begitu tiba, OMK disuguhi makanan ringan dan minuman segar. Tidak berapa lama, Omk sudah berlarian di halaman vila yang luas, acara berikutnya adalah acara bebas. OMK bermain bola, bercerita dan melihat lihat tanaman di sekitar vila. Siang hari para OMK santap siang dan sesudah itu bersiap siap untuk mengikuti misa kudus.
Pukul 16.15, rombongan OMK berangkat menuju stasi St Ignatius de Loyola di daerah parang, lokasi gereja terletak dalam kompleks Angkatan Udara. Gereja ini cukup besar dan berwarna biru laut, yang menjadi warna khas angkatan udara. Misa berlangsung dengan khidmat dan suasana juga nyaman. Setelah misa usai, OMK kembali ke vila dan mulai mengadakan kegiatan pendalaman iman.
Fr.Ignatius CDD yang menjadi pendamping OMK Costantini memberikan kesempatan kepada OMK untuk sharing dan Tanya jawab. Sdr David yang sedang bekerja dan tinggal di Guangzhou China di daulat untuk sharing. Dalam sharingnya Sdr David menceritakan tentang suka dukanya dalam mengikuti misa di negeri China. Berdasarkan sharing itu, Fr Ignas menekankan pentingnya kecintaan kepada Ekaristi. Kenyamanan dan situasi yang aman dan gampang dalam mengikuti misa di Indonesia tidak boleh membuat kita lupa dan kurang perhatian pada hakekat Ekaristi. Fr Ignas melanjutkan bahwa datang lebih awal ke perayaan Ekaristi juga menjadi tanda dari kecintaan dan persiapan kita akan Ekaristi yang kita ikuti.
Tahun ini Keuskupan Agung Jakarta mencanangkan tahun ekaristi di Keuskupan ini. Maka sebagai bagian dari keuskupan ini, OMK Costantini juga perlu mendalami dan semakin mencintai Ekaristi. Sering kali terjadi bahwa karena begitu gampang dan nyaman dengan situasi di Indonesia, kita kehilangan semangat untuk berkorban dan berjuang dalam mengikuti perayaan Ekaristi. Maka Fr Ignas menekankan pentingnya kesadaran OMK akan nilai nilai Ekaristi yang kudus dan penuh daya kekuatan. Mencintai dan menghargai Ekaristi berarti kita juga akan mau berkorban untuk selalu lebih awal datang untuk mengikuti ekaristi.
Selanjutnya OMK juga sempat bersoal jawab dengan Fr Ignas tentang bahasa Roh. Pertanyaan pertanyaan yang beruntun tentang bahasa Roh dibahas oleh Fr Ignas CDD. Pada intinya, Fr Ignas menekankan bahwa Bahasa Roh bukan untuk dipamerkan. Bahasa Roh adalah karunia dan tidak setiap orang mendapat karunia ini. Maka kita tidak perlu repot repot membuat diri kita seperti memiliki kemampuan untuk berbahasa Roh. Yang paling penting adalah bagaimana relasi dan hubungan kita dengan Tuhan dalam hidup kita sehari-hari. Bahasa Roh adalah bahasa yang bisa ditafsirkan, jika tidak maka akan menjadi sia-sia, karena tidak mengerti. Demikian Fr Ignas CDD menegaskan mengutip dari kata kata Rasul Paulus.
Setelah acara sharing iman berakhir, OMK Juga mengadakan sedikit perubahan dengan susunan kepengurusannya. Berhubung Sdr David sudah lama berada di China dan tidak bisa aktif maka atas keputusan ketua OMK dan pendamping OMk Chen Hui Fang dan Fr Ignas CDD, Sdr Johny Hock diminta untuk menjabat wakil ketua OMK dan sdr Agus juga diminta untuk membantu di sie Humas.
Malam hari, OMK mengadakan acara barbeque, acara berlangsung meriah dan penuh keakraban. Jagung, ubi, bakso, ayam, sapi, sosis semuanya dibakar dan menghasilkan bau yang harum dan mengundang selera untuk makan. Akhirnya acara berakhir dengan penuh kegembiraan.
Esok harinya. OMK bersiap siap untuk kembali ke kota Jakarta. OMK masih sempat bersenda gurau pada pagi yang cerah itu, sebelum akhirnya kembali ke Jakarta.
Semoga OMK semakin hidup dan dengan demikian gereja semakin berkembang pula.
Salam dan doa
Ignas Huang CDD
07 February 2012
MISA IMLEK BERSAMA USKUP PAHLAWAN NASIONAL INDONESIA Mgr.Albertus Soegijapranata
Paduan suara dewasa yang terdiri dari bapak ibu dari kapel St Yoseph Dwi warna dan OMK (orang muda Katolik) Costantini dari Pusat Pelayanan Umat Katolik Berbahasa Mandarin Keuskupan Agung Jakarta diundang dan ikut memeriahkan pada misa Imlek bersama Uskup pahlawan Nasional Mgr. Albertus Soegijapranata. Misa berlangsung meriah dan sakral. Misa dipersembahkan oleh Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo dan didampingi oleh delapan imam lainnya.
Misa dimulai pada pukul 18.00 dengan didahului oleh duet lagu the prayer dan sesudah itu Uskup dan imam memasuki gereja dengan iringan lagu yang dilantunkan oleh Paduan suara dari gereja Mandarin. Misa diselenggarakan di gereja St Yakobus Kelapa Gading. Umat yang menghadiri misa ini terbilang cukup banyak dan antusias.
Misa juga dilaksanakan dalam rangka memperkenalkan film yang sedang digarap oleh pihak gereja untuk memperkenalkan charisma dan keutamaan pahlawan nasional Mgr. Albertus Soegijapranata. Dalam khotbahnya, Uskup Ignatius menekankan pentingnya tahun Naga air yang sedang dirayakan oleh umat Tionghoa. Naga dalam kebudayaan Tionghoa bukanlah binatang jahat tetapi adalah representasi dari keberuntungan. Maka pada tahun air ini, diharapkan umat semakin mencintai dan menghargai ekaristi yang adalah sumber kehidupan dan persatuan umat. Mgr Ignatius menekankan bahwa perayan Imlek ini mau menunjukkan pula betapa gereja menghargai setiap perbedaan dan hal ini ditunjukkan oleh uskup pahlawan nasional Mgr. Albertus Soegijapranata.
Dijamannya, Uskup Soegija terkenal karena keutamaannya yang luar biasa. Salah satu hal yang menonjol adalah perhatian dan dukungannya kepada orang Tionghoa. Pada waktu orang Tionghoa kehilangan pegangan dan bantuan, Mgr Soegija tampil ke depan dan membantu mereka, menjadikan tempatnya sebagai tempat untuk berlindung. 100% Katolik dan 100% Indonesia adalah ungkapan yang terkenal dalam gereja Indonesia. Ungkapan ini diperkenalkan oleh Mgr soegiya yang adalah uskup pertama pribumi di Indonesia.
Siapakah sebenarnya Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ ? Beliau lahir di Soerakarta, Jawa Tengah, 25 November 1896 – meninggal di Steyl, Venlo, Belanda, 22 Juli 1963 pada umur 66 tahun, namanya dieja Sugiyopranoto) adalah Vikaris Apostolik Semarang, yang kemudian menjadi Uskup Agung Semarang. Ia juga merupakan Uskup pribumi Indonesia pertama. Sebagai seorang Pahlawan Nasional RI, berdasarkan SK Presiden RI no 152 tahun 1963 tertanggal 26 Juli 1963, beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Giritunggal, Semarang.Nama kecilnya adalah Soegija. Soegija lahir di sebuah keluarga Kejawen yang merupakan abdi dalem keraton Kasunanan Surakarta.
Pada tanggal 15 Agustus 1931 menerima Sakramen Imamat, ditahbiskan oleh Mgr. Schrijnen, Uskup Roermond di kota Maastricht. Namanya ditambah Pranata sehingga menjadi Soegijapranata. Tahun 1933 Soegijapranata kembali ke Indonesia dan mulai bekerja di Paroki Kidulloji, Yogyakarta, selama satu tahun sebagai pastor pembantu. Tahun 1934 ia dipindahkan ke Paroki Bintaran sampai tahun 1940.
Pada 1 Agustus 1940, Mgr. Willekens, SJ, Vikaris Apostolik Batavia, menerima telegram dari Roma yang berbunyi: "from propaganda fide Semarang erected Vicaris stop, Albert Soegijapranata, SJ appointed Vicar Apostolic titular Bishop danaba stop you may concecrete without bulls" dan ditanda tangani oleh Mgr. Montini, yang kelak menjadi Paus Paulus VI. Setelah menerima penyampaian telegram dari Roma melalui Mgr. Willekens, SJ, Vikaris Apostolik Batavia, lalu Soegijapranata pun menjawab: "Thanks to his holiness begs benediction".
Pada 6 November 1940 ia ditahbiskan sebagai Uskup pribumi Indonesia pertama untuk Vikaris Apostolik Semarang oleh Mgr. Willekens, SJ (Vikaris Apostolik Batavia), Mgr. AJE Albers, O.Carm (Vikaris Apostolik Malang) dan Mgr. HM Mekkelholt, SCJ (Vikaris Apostolik Palembang).Pada tahun 1943, bersama Mgr. Willekens, SJ menghadapi penguasa pendudukan pemerintah Jepang dan berhasil mengusahakan agar Rumah Sakit St. Carolus dapat berjalan terus.
Misa kudus yang diselenggarakan di Gereja Kelapa gading menghadrikan pula olga Lydia, artis dan presenter yang ikut menjadi pemain dalam film ini. Maka misa ini selain memperingati Imlek juga bermaksud memperkenalkan film ini kepada umat. Film sejarah dan kepahlawan berjudul "Soegija" mulai diproduksi dengan mangambil lokasi di Gereja Gedangan, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat
Film ini mengangkat ketokohan Uskup Mgr Soegijapranata pada era perjuangan kemerdekaan Indonesia tahun 1940-1949. Film yang telah direncanakan sekitar tiga tahun lalu oleh Studio Audio Visual Puskat akhirnya diproduksi dengan menggandeng sutradara Garin Nugroho.Film ini menggandeng sejumlah artis dan seniman seperti Nirwan Dewanto, Butet Kertaradjasa dan Olga Lydia.
"Soegija" dengan biaya produksi sekitar 12 miliar ini merupakan film termahal yang pernah dibuat Garin Nugroho. "Ini juga merupakan sebuah film tersulit yang pernah saya buat karena harus menyediakan set pada era 40-50," kata Garin.Garin juga mengungkapkan bahwa film ini menjadi sangat penting karena memberikan pesan yang mendalam tentang sebuah kepemimpinan.
Film dengan penata musik Djaduk Ferianto nantinya tidak berbicara mengenai agama Katolik melainkan lebih banyak tentang pesan universal dan kemanusiaan. Dari film inilah menurut Garin Nugroho bangsa Indonesia akan belajar tentang kemanusiaaan dan multikulturalisme.
Umat Mandarin turut bersuka cita karena dapat menjadi bagian dari gereja Indonesia dalam memperkenalkan ketokohan Mgr soegijapranata. Semoga umat semakin bertumbuh dalam iman akan Kristus dan semakin mencintai Kristus sebagaimana diteladankan oleh Mgr soegija dalam hidup dan pelayanannya. Dalam misa kali ini, Dewan pimpinan gereja Mandarin juga turut hadir untuk memberikan semangat kepada umat yang sedang bertugas.Didik SSS, peniup saxsofon handal mempersembahkan lagu ave maria dengan amat memukau. Sayang sekali Jenny Wahid, putri dari mantan presiden Abdurrahman Wahid yang memungkinkan dirayakannya Imlek di Indonesia terlambat hadir karena kemacetan dan tugas lain. Tetapi Jenny Wahid masih sempat hadir diakhir acara dan sempat berfoto dengan OMK Costantini dan Fr Ignas CDD.
Salam dan doa
FR Ignas Huang CDD
Misa dimulai pada pukul 18.00 dengan didahului oleh duet lagu the prayer dan sesudah itu Uskup dan imam memasuki gereja dengan iringan lagu yang dilantunkan oleh Paduan suara dari gereja Mandarin. Misa diselenggarakan di gereja St Yakobus Kelapa Gading. Umat yang menghadiri misa ini terbilang cukup banyak dan antusias.
Misa juga dilaksanakan dalam rangka memperkenalkan film yang sedang digarap oleh pihak gereja untuk memperkenalkan charisma dan keutamaan pahlawan nasional Mgr. Albertus Soegijapranata. Dalam khotbahnya, Uskup Ignatius menekankan pentingnya tahun Naga air yang sedang dirayakan oleh umat Tionghoa. Naga dalam kebudayaan Tionghoa bukanlah binatang jahat tetapi adalah representasi dari keberuntungan. Maka pada tahun air ini, diharapkan umat semakin mencintai dan menghargai ekaristi yang adalah sumber kehidupan dan persatuan umat. Mgr Ignatius menekankan bahwa perayan Imlek ini mau menunjukkan pula betapa gereja menghargai setiap perbedaan dan hal ini ditunjukkan oleh uskup pahlawan nasional Mgr. Albertus Soegijapranata.
Dijamannya, Uskup Soegija terkenal karena keutamaannya yang luar biasa. Salah satu hal yang menonjol adalah perhatian dan dukungannya kepada orang Tionghoa. Pada waktu orang Tionghoa kehilangan pegangan dan bantuan, Mgr Soegija tampil ke depan dan membantu mereka, menjadikan tempatnya sebagai tempat untuk berlindung. 100% Katolik dan 100% Indonesia adalah ungkapan yang terkenal dalam gereja Indonesia. Ungkapan ini diperkenalkan oleh Mgr soegiya yang adalah uskup pertama pribumi di Indonesia.
Siapakah sebenarnya Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ ? Beliau lahir di Soerakarta, Jawa Tengah, 25 November 1896 – meninggal di Steyl, Venlo, Belanda, 22 Juli 1963 pada umur 66 tahun, namanya dieja Sugiyopranoto) adalah Vikaris Apostolik Semarang, yang kemudian menjadi Uskup Agung Semarang. Ia juga merupakan Uskup pribumi Indonesia pertama. Sebagai seorang Pahlawan Nasional RI, berdasarkan SK Presiden RI no 152 tahun 1963 tertanggal 26 Juli 1963, beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Giritunggal, Semarang.Nama kecilnya adalah Soegija. Soegija lahir di sebuah keluarga Kejawen yang merupakan abdi dalem keraton Kasunanan Surakarta.
Pada tanggal 15 Agustus 1931 menerima Sakramen Imamat, ditahbiskan oleh Mgr. Schrijnen, Uskup Roermond di kota Maastricht. Namanya ditambah Pranata sehingga menjadi Soegijapranata. Tahun 1933 Soegijapranata kembali ke Indonesia dan mulai bekerja di Paroki Kidulloji, Yogyakarta, selama satu tahun sebagai pastor pembantu. Tahun 1934 ia dipindahkan ke Paroki Bintaran sampai tahun 1940.
Pada 1 Agustus 1940, Mgr. Willekens, SJ, Vikaris Apostolik Batavia, menerima telegram dari Roma yang berbunyi: "from propaganda fide Semarang erected Vicaris stop, Albert Soegijapranata, SJ appointed Vicar Apostolic titular Bishop danaba stop you may concecrete without bulls" dan ditanda tangani oleh Mgr. Montini, yang kelak menjadi Paus Paulus VI. Setelah menerima penyampaian telegram dari Roma melalui Mgr. Willekens, SJ, Vikaris Apostolik Batavia, lalu Soegijapranata pun menjawab: "Thanks to his holiness begs benediction".
Pada 6 November 1940 ia ditahbiskan sebagai Uskup pribumi Indonesia pertama untuk Vikaris Apostolik Semarang oleh Mgr. Willekens, SJ (Vikaris Apostolik Batavia), Mgr. AJE Albers, O.Carm (Vikaris Apostolik Malang) dan Mgr. HM Mekkelholt, SCJ (Vikaris Apostolik Palembang).Pada tahun 1943, bersama Mgr. Willekens, SJ menghadapi penguasa pendudukan pemerintah Jepang dan berhasil mengusahakan agar Rumah Sakit St. Carolus dapat berjalan terus.
Misa kudus yang diselenggarakan di Gereja Kelapa gading menghadrikan pula olga Lydia, artis dan presenter yang ikut menjadi pemain dalam film ini. Maka misa ini selain memperingati Imlek juga bermaksud memperkenalkan film ini kepada umat. Film sejarah dan kepahlawan berjudul "Soegija" mulai diproduksi dengan mangambil lokasi di Gereja Gedangan, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat
Film ini mengangkat ketokohan Uskup Mgr Soegijapranata pada era perjuangan kemerdekaan Indonesia tahun 1940-1949. Film yang telah direncanakan sekitar tiga tahun lalu oleh Studio Audio Visual Puskat akhirnya diproduksi dengan menggandeng sutradara Garin Nugroho.Film ini menggandeng sejumlah artis dan seniman seperti Nirwan Dewanto, Butet Kertaradjasa dan Olga Lydia.
"Soegija" dengan biaya produksi sekitar 12 miliar ini merupakan film termahal yang pernah dibuat Garin Nugroho. "Ini juga merupakan sebuah film tersulit yang pernah saya buat karena harus menyediakan set pada era 40-50," kata Garin.Garin juga mengungkapkan bahwa film ini menjadi sangat penting karena memberikan pesan yang mendalam tentang sebuah kepemimpinan.
Film dengan penata musik Djaduk Ferianto nantinya tidak berbicara mengenai agama Katolik melainkan lebih banyak tentang pesan universal dan kemanusiaan. Dari film inilah menurut Garin Nugroho bangsa Indonesia akan belajar tentang kemanusiaaan dan multikulturalisme.
Umat Mandarin turut bersuka cita karena dapat menjadi bagian dari gereja Indonesia dalam memperkenalkan ketokohan Mgr soegijapranata. Semoga umat semakin bertumbuh dalam iman akan Kristus dan semakin mencintai Kristus sebagaimana diteladankan oleh Mgr soegija dalam hidup dan pelayanannya. Dalam misa kali ini, Dewan pimpinan gereja Mandarin juga turut hadir untuk memberikan semangat kepada umat yang sedang bertugas.Didik SSS, peniup saxsofon handal mempersembahkan lagu ave maria dengan amat memukau. Sayang sekali Jenny Wahid, putri dari mantan presiden Abdurrahman Wahid yang memungkinkan dirayakannya Imlek di Indonesia terlambat hadir karena kemacetan dan tugas lain. Tetapi Jenny Wahid masih sempat hadir diakhir acara dan sempat berfoto dengan OMK Costantini dan Fr Ignas CDD.
Salam dan doa
FR Ignas Huang CDD
04 February 2012
Merayakan Imlek di Panti Jompo St Clara SCMM
Merayakan Imlek bersama dengan mereka yang tua dan terlupakan adalah salah satu rahmat tersendiri bagi umat katolik berbahasa mandarin Jakarta. Pada 2012 ini, umat Mandarin mengunjungi panti jompo St Clara yang dikelola oleh suster suster SCMM di daerah Toasebio. Lebih kurang 40 an umat Mandarin mengunjungi panti Jompo ini. Fr Ignas CDD turut mendampingi umat dalam kunjungan kali ini.
Rombongan tiba di Panti dan disambut oleh suster pengelola panti beserta karyawan karyawan panti. Penghuni panti tampak antusian menyambut kedatangan rombongan dari gereja Mandarin. Sebenarnya kegiatan ini adalah kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap tahun menjelang atau sesudah merayakan imlek. Bagi umat Mandarin Jakarta. Kunjungan ini menjadi tanda dan ungkapan cinta kasih dari Allah kepada sesame manusia.
Fr.Ignas CDD yang didaulat untuk menyampaikan sambutan mewakili umat Mandarin Jakarta mengatakan bahwa Imlek adalah kegembiraan atas musim baru yang baik yang dianugerahkan Allah kepada umat manusia tanpa terkecuali. Maka musim yang baik ini juga meliputi seluruh umat manusia apapun agamanya. Melalui Imlek, manusia disadarkan akan cinta kasih Allah. Umat mandarin yang merasakan cinta kasih Allah juga bermaksud membagikannya kepada saudara saudari yang lain, terutama mereka yang terlupakan dan tersisihkan.
Dalam kunjungan ini, rombongan dan penghuni panti bernyanyi bersama untuk mengungkapkan kegembiraan Imlek. Penghuni jompo juga menampilkan kebolehan mereka dalam bernyanyi. Beberapa di antara mereka tampil dan bernnyanyi solo dalam bahasa mandarin, Indonesia, inggris. Ibu Mei Xue dari gereja Mandarin juga ikut mempersembahkan sebuah lagu untuk penghuni Jompo.
Akhirnya umat Mandarin menyampaikan bingkisan berupa minyak, beras, kain pel. Indomie dan lain lain kepada penghuni Jompo, mereka juga menyampaikan angpau kepda pengurus panti, dan setiap penghuni panti juga mendapat bingkisan jeruk, kue keranjang dan angpau. Dalam hal ini, semua pegawai atau karyawan panti juga mendapat bingkisan imlek. Akhirnya acara di akhiri dengan makan siang bersama dan ditutup dengan doa bersama yang dipimpin Fr Ignas CDD.
Sampai bertemu di lain kesempatan dan semoga Tuhan memberkati kita, akhirnya kita semua menyanyikan lagu sayonara..sayonara sampai berjumpa pula………
Salam dan doa
Fr ignas Huang CDD
Subscribe to:
Posts (Atom)