Congregatio Discipulorum Domini

Para anggota Congregatio Discipulorum Domini (Kongregasi Murid-murid Tuhan) menghayati hidupnya sebagai murid dan senantiasa belajar pada Yesus Kristus, sang Guru Agung. Kunjungan kepada Sakramen Mahakudus menjadi ungkapan cinta dan penyerahan diri secara total. Dari sinilah para anggota menimba kekuatan untuk karya kerasulannya sebagai murid yang diutus untuk mempersiapkan orang menyambut Kristus di dalam hidupnya (bdk. Luk 10:1-12).

13 March 2008

Kaligrafi nama CDD

Pada waktu Kapitel yang berlangsung pada tanggal 16-22 Januari 2008, Pater Jendral memberikan contoh nama CDD yang dituliskan dengan kaligrafi mandarin. Tulisan mandarin yang dikaligrafi inilah sangat tepat sekali melambangkan spiritualitas CDD. Awalnya, kaligrafi ini dibuat oleh Pater Martin Then CDD dari Malaysia sewaktu masih frater. Namun entah bagaimana kaligrafi ini agak tenggelam dalam peredarannya. Sewaktu hendak menyusun Buku Doa CDD dalam bahasa Indonesia, saya teringat kaligrafi ini, dan meminta ijin kepada Pater Martin Then CDD untuk memakainya. Dengan senang hati dia memberi ijin. Untuk itu baiklah kita melihatnya di sini:

Pater Jendral memberikan penjelasan lebih lanjut tentang nama CDD dengan gambar ini sebagai berikut:

ZHU (TUHAN)

Sakramen Mahakudus:

  • Gambar seorang imam CDD yang memegang piala suci dan mempersembahkannya kepada Bapa Surgawi.
  • Sakramen Mahakudus adalah sumber terdalam dan tujuan utama yang menjadi pengikat dan pemersatu komunitas.
  • Komunitas yang berakar pada iman yang hidup dan menampakkan pengalaman kehadiran Tuhan yang terwujud terutama lewat mendengarkan Sabda Tuhan, berdoa, bermeditasi, dan merayakan sakramen suci ini, hendak mewartakan kepenuhan Kerajaan Allah kepada umat manusia.
TU (MURID-MURID)
  • Bunga Teratai:

  • Gambar bunga teratai: Menerima kebudayaan lokal ibarat bunga teratai yang sedang mekar. Inilah gerakan/sikap yang sangat disukai dan dihargai oleh kaum budayawan dan cendekiawan.
  • Bunga teratai yang selalu menyatu dengan akarnya menyatakan bahwa budaya lokal haruslah selalu berakar pada budaya Gereja Kudus yang senantiasa diairi oleh kharisma suci, sehingga anggota CDD lokal lebih mampu lagi menyebarkan keharuman Kristus.
  • Teratai berada di dalam lumpur, tetapi tetap tak ternoda: Anggota CDD tinggal dalam dunia, tetapi tidak terlarut dalam keduniawian yang fana, melainkan masuk ke dalam dunia dan mengubahnya dengan kebudayaan.

Murid:

  • Melambangkan anggota CDD yang berjalan bersama dan saling mendukung, serta terus bergerak menuju ke segala pelosok kota dan desa untuk membuka jalan bagi Tuhan dan mewartakan Kerajaan Allah.
  • Anggota CDD membentangkan kedua tangannya berarti mereka dengan sukacita mewartakan Injil dan terbuka terhadap siapa saja, sesuai keramahan orang Asia pada umumnya.



HUI (KONGREGASI)

Kongregasi

  • Gambar Basilica Santo Petrus: Tahta suci adalah wakil Kristus di dunia yang senantiasa dihormati secara khusus oleh para anggota CDD. Kristus mendirikan gereja-Nya di atas dasar Santo Petrus yang berarti batu karang.
  • Huruf “Hui” (Kongregasi) terdiri atas dua bagian, yaitu gambar rumah/keluarga dan huruf “Ri” (Matahari)

· Gambar rumah melambangkan keluarga: Segenap umat manusia adalah satu keluarga yang telah ditebus dan diselamatkan oleh Kristus.

· Ri/Matahari: Kristuslah Kepala Gereja dan Matahari abadi. Anggota CDD yang dibimbing oleh Terang sejati, dengan perkataan dan tindakan yang penuh daya hidup, hendak bertemu, berdialog, dan secara tulus dan jujur membagi pengalaman, pandangan dan saran dengan orang lain demi mewartakan Yesus Kristus sebagai Sang Penyelamat.

Nama CDD yang dalam bahasan Mandarin Zhu Tu Hui mewakili apa yang menjadi ciri dan semangat kongregasi. Logo CDD pun secara indah sekali digambarkan di sini. Dan ini dapat menjadi kebanggaan setiap anggota CDD, serta bisa mengingatkan setiap anggota akan apa yang menjadi fokus hidupnya.
Apa yang harus menjadi fokus hidup setiap anggota CDD? Dalam IVAD Bab XXIII (Cobaan Kristus dan Cobaan Para Misionaris), Celso Costantini mengatakan sewaktu membahas cobaan pertama Yesus, yakni setan meminta Yesus mengubah batu menjadi roti, Yesus tidak memberi kesempatan sedikitpun bagi setan untuk masuk lebih jauh. Cobaan ini adalah cobaan yang paling mendasar, karena setia orang membutuhkan makanan. Yesus Kristus tidak tawar menawar terhadap kebutuhan badan ini, melainkan memberikan perbedaan yang jelas antara kebutuhan kodrati dan fisik dengan kebutuhan spiritual, antara badan dan jiwa. Secara singkat, "Yesus Kristus tidak membiarkan setan masuk lebih jauh," melalui cobaan terhadap makanan (fisik) menuju cobaan terhadap kehidupan (spiritual). Cobaan terberat terhadap spiritual adalah "menggadaikan" panggilan demi kenikmatan perut.
Kita dapat membandingkan dengan Esau yang menjual "hak kesulungannya" demi keinginan perut, dan memandang rendah hak kesulungannya. Akibatnya dia kehilangan segala-galanya. Demikian juga, cobaan terhadap keinginan perut ini dapat membahayakan panggilan kita. Panggilan kita ini adalah panggilan yang suci, karena kita dipanggil untuk mempersembahkan diri kepada Allah.
Di sinilah letak fokus hidup ini, yakni kita dipanggil untuk mempersembahkan diri kepada Allah. Maka dengan kaligrafi ini kita selalu diajak untuk senantiasa memandang Ekaristi (Zhu) dan menggali kekuatan dari-Nya, berusaha hidup suci seperti teratai dengan berjalan bersama (Tu), dan membentuk satu keluarga besar Umat Allah, mewartakan dan mengajarkan kasih-Nya kepada semua orang.

1 comment:

  1. syalom
    selamat siang..
    surprise bagi saya siang ini, ditengah kesibukan kerja, iseng2 googling dan nemu Blok CDD ini..jujur..this is my first time know your congregation...selamat berkarya..semoga suatu hari nanti saya dapat bertemu dengan salah seorang anggota CDD..hehheheh
    GBU

    ReplyDelete