Sewaktu Rm. Rudy mengabari bahwa orang tuanya akan datang, dia mengatakan bahwa mungkin mereka akan menginap di hotel. Alasannya adalah merasa tidak enak bila nanti sampai ada yang mengkritik. Lalu Rm. Agusli mengatakan bahwa sebenarnya adalah hal yang sangat baik bila orang tua anggota CDD datang dan menginap di biara, supaya mereka mengenal dan mengetahui kehidupan anak mereka dengan lebih dekat lagi. Selain itu, CDD bukan kongregasi kontemplatif yang rumahnya tertutup bagi orang lain. Rm. Rudy senang sekali, lalu disiapkanlah dua kamar. Dari keluarga Rm. Rudy yang datang ternyata ibu, kakak dan dua orang keponakan. Mereka tiba sekitar jam 2 pagi hari Jumat 22 Desember 2006 karena naik kereta api sampai Surabaya, dilanjutkan dengan mobil charteran diantar ke Batu. Lumayan lelah tentunya.
Begitu juga, pada siang harinya ibu Rm. Yuki bersama ibu Sitepu tiba di biara Batu untuk berkunjung sekaligus berekreasi ke Coban Rondo. Mereka menikmati sekali kebun di belakang. Agak siang rupanya rombongan ibu Clara dan teman-temannya datang.
Wah, sepertinya biara ini mulai hidup, banyak yang datang. Memang inilah yang sebainya ada, karena biara tidak boleh terlepas dan menjadi asing bagi orang lain. Tentu saja ada efeknya, bahwa jadwal biara agak terganggu, keheningan agak sulit dicapai. Namun apakah itu alasan untuk tidak menerima tamu? Yang penting adalah keheningan batin, begitu kata orang-orang bijaksana. Apalagi Rm. Agusli sendiri belakangan ini suka memakai istilah berjalan bersama Yesus. So kalau kita berjalan bersama Yesus, yang selalu ada di dalam hati adalah keheningan dalam kebersamaan dengan Yesus, bukan keheningan ruangan.
Sebelumnya, belakangan ini sudah ada semacam peminat Ibadat Pagi di kapel Kolese Santo Yusup. Mereka ingin ikut salve/adorasi di biara Batu, dan sudah dua kali datang ke biara untuk mengikuti adorasi. Sebenarnya mereka dapat mengikutinya di kapel Santo Yusup, namun barangkali suasananya lain.
Welcom bros and sis. Biara ini terbuka untuk semua orang!
No comments:
Post a Comment