Congregatio Discipulorum Domini
Para anggota Congregatio Discipulorum Domini (Kongregasi Murid-murid Tuhan) menghayati hidupnya sebagai murid dan senantiasa belajar pada Yesus Kristus, sang Guru Agung. Kunjungan kepada Sakramen Mahakudus menjadi ungkapan cinta dan penyerahan diri secara total. Dari sinilah para anggota menimba kekuatan untuk karya kerasulannya sebagai murid yang diutus untuk mempersiapkan orang menyambut Kristus di dalam hidupnya (bdk. Luk 10:1-12).
23 December 2010
Melongok sejenak kegiatan Mudika Costantini Komunitas pelayanan Umat berbahasa Mandarin Jakarta
Untuk beberapa waktu, saya mendapat kesempatan tinggal di komunitas CDD Jakarta yang memiliki karya kategorial khusus. Karya tersebut adalah karya pelayanan umat berbahasa mandarin. Dalam pikiran saya, umat yang berbahasa mandarin pastilah mereka yang sudah tua dan berusia lanjut. Namun kenyataan berbicara lain, dalam beberapa kesempatan, saya sempat berkenalan dan berkomunikasi dengan beberapa umat di Dwi warna yang mampu berbahasa mandarin dengan cukup baik. Dan sebagian besar dari mereka adalah kaum muda.
Yang lebih menarik lagi adalah, anak-anak muda ini membentuk suatu kelompok dengan nama Mudika Costantini. Nama yang segera mengingatkan kita dengan pendiri kita Bapa Celso Costantini. Pendiri CDD amat mencintai dan mendesak para imam-imam CDD untuk memperhatikan dan melayani kaum muda. Maka kehadiran kaum muda costantini selaras dengan misi CDD.
Bagaimana MUDIKA Costantini muncul ? kehadiran dan perkembangan mudika Costantini tak dapat dilepaskan dari jasa guru-guru mandarin yang memberikan kesempatan dan pengalamannya kepada orang-orang muda.
Berawal dari keinginan anak muda yang ingin belajar bahasa mandarin maka terbentuklah sekelompok anak muda yang memiliki antusiasme untuk belajar bahasa mandarin. Selama belajar bahasa mandarin, anak-anak muda ini juga diajarkan lagu lagu lagu mandarin dan doa-doa katolik berbahasa mandarin. Setelah beberapa waktu dan dianggap cukup baik dan memadai dalam hal penguasaan dan pengetahuan bahasa mandarin, maka setiap sebulan sekali murid-murid dilatih untuk menjadi lektor misa berbahasa mandarin.
Sampai pada akhirnya dibentuk koor anak muda yang melakukan pelayanan gereja sebulan sekali di minggu terakhir setiap bulan. Hal ini berlangsung selama kurang lebih 4 tahun. Setelah itu pada bulan Oktober 2008 dibentuklah mudika Costantini angkatan pertama dengan jumlah anggota sebanyak 15 orang. Mudika Costantini yang baru berdiri ini memiliki bagian yang di sebut divisi, yakni divisi liturgi, divisi koor, divisi humas dan olahraga serta divisi sekolah minggu.
Adapun tugas dan wewenang setiap devisi adalah : Divisi liturgi bertugas melakukan koordinasi dengan divisi sekolah minggu untuk lektor/lektris dari murid sekolah minggu, membuat slide presentasi misa berbahasa mandarin dan Indonesia, mengadakan sharing kitab suci.
Divisi koor memastikan bahwa koor siap melakukan pelayanan setiap bulan di minggu paling akhir, mengadakan latihan setiap minggu serta lagu-lagu yang akan dinyanyikan dengan berkoordinasi pada pelatih.
Divisi humas dan olahraga bertugas menyampaikan informasi internal pengurus serta mengusahakan bertambahnya anggota mudika berbahasa mandarin. Mengadakan kegiatan persaudaraan dan rekreatif seperti jalan-jalan bersama. Untuk kegiatan olahraga sempat diadakan secara rutin yakni pingpong dan kegiatan lomba futsal antar gereja di Jakarta, namun seiring bertambahnya kegiatan masing-masing anggota maka hingga sekarang kegiatan ini sempat terhenti dan rencananya akan digalakkan lagi tahun 2011 ini.
Divisi sekolah minggu bertugas memastikan jalannya les mandarin setiap minggu dan mengadakan koordinasi agar tidak kekurangan guru, membuat jadwal mengajar.
Saat ini Mudika Costantini memasuki angkatan ke-2 dan baru saja mengadakan pemilihan pengurus baru pada bulan oktober 2010. Saat ini Mudika Costantini di awaki oleh Sdr Antoni, Chen Shi Ping
Tahun ini, sesudah perayaan Natal pagi 25 desember, Mudika Costantini akan mempersembahkan konser sederhana yang elegan untuk umat. Semoga karya mudika Costantini semakin berkembang sehingga nama Yesus dikenal semua orang.
Salam dan doa
Ignas Huang Jiang Yan CDD
Dari berbagai sumber, Rita Yuan Wei Wei , Antoni Chen Shi Ping, Roni Lin Wei Xiong
17 December 2010
Sekolah Minggu Mandarin Salah satu karya Pelayanan Umat berbahasa Mandarin komunitas CDD Jakarta
Pada tahun 1998, istilah reformasi merebak dalam kancah kehidupan perpolitikan Indonesia. Era orde baru diganti oleh era reformasi. Bersamaan dengan itu, Pemerintah mengadakan banyak perubahan untuk mengapresiasi perubahan-perubahan. Salah satu perubahan yang amat menyolok adalah adanya kebebasan dalam mengapresiasi kebudayaan China. Dan salah satu yang paling menyolok adalah usaha untuk mempelajari bahasa mandarin.
Kapel St Yoseph yang dipercayakan penggembalaannya kepada imam-imam CDD telah lama menyelenggarakan misa berbahasa mandarin. Antusiasme kehadiran umat cukup menggembirakan. Kapel yang termasuk cukup besar ini terisi penuh pada setiap misa minggu. Tahun-tahun terakhir ini, jumlah kehadiran umat yang berusia muda cukup mengejutkan karena jumlahnya dapat dikatakan cukup banyak.
Misa bahasa mandarin dapat tetap berlangsung jika ada umat yang menginginkan dan bisa berbahasa mandarin dengan baik dan benar. Bahkan harus dikatakan bahwa misa dengan bahasa mandarin hanya dapat diresapi dan di apresiasi jika penggunaan bahasa mandarin menjadi bahasa ibu atau bahasa sehari-hari dalam keluarga. Menilik perkembangan dan usaha-usaha yang luar biasa yang dicanangkan oleh pemerintah dan juga masyarakat, kita dapat mengatakan bahwa masa depan bahasa mandarin akan semakin cerah dan menggembirakan.
Berangkat dari kenyataan ini dan berdasarkan inisiatif dari umat berbahasa Mandarin yang mengikuti misa di Kapel Sekolah Santo Yoseph, Dwiwarna, Mangga Besar, Jakarta Pusat agar misa berbahasa Mandarin dapat tetap berjalan dan ada regenerasi maka dibukalah kelas belajar bahasa Mandarin di Sekolah Santo Yoseph. Kegiatan ini menjadi tanggung jawab umat berbahasa mandarin kapel St Yoseph yang saat ini digembalakan oleh Pater Hilarius CDD. Kelas tersebut diadakan setiap hari Minggu setelah selesai misa. Dan kegiatan ini dimulai tahun 1997 yang di motori oleh Ibu Teni (丁妮娘老師) dan Ibu Dian (陳慧芳老師). Pada awal mulanya, kelas ini hanya dibuka 1 kelas dan diperuntukkan bagi teman-teman Misdinar saja. Seiring berjalannya waktu, maka dibukalah kelas untuk umum yang berlanjut sampai sekarang. Kegiatan ini tidak terjadi begitu saja dan tentu saja banyak sekali suka duka yang dihadapi seperti kekurangan murid dan guru.
Sejak tahun 2008, karena adanya renovasi Sekolah Santo Yoseph dimana kegiatan sekolah bahasa mandarin berlangsung, maka kegiatan pembelajaran bahasa Mandarin ini pindah ke tempat pelayanan umat berbahasa mandarin (華語聯絡處) sampai sekarang. Sejak 2008, kelas bahasa mandarin ini sudah bertambah hingga mencapai tujuh kelas dengan tingkat yang berbeda-beda. Kelas tersebut dibagi menjadi 2 bagian besar yakni kelas anak kecil dan kelas umum.
Antusiasme masyarakat yang ingin mengenal dan mempelajari bahasa mandarin semakin banyak dan selaras dengan perkembangan di Indonesia yang mulai menggalakkan penggunaan bahasa mandarin ini, animo masyarakat semakin besar dan membuat banyak orang berminat belajar bahasa mandarin. Hal ini terbukti sampai dengan tahun 2010 ini jumlah murid yang belajar mencapai 160 orang yang berasal dari berbagai latar belakang dan agama.
Guru-guru yang mengajarpun bertambah menjadi 16 orang guru dengan 4 orang asisten guru dari berbagai usia dan agama dan latar belakang pendidikan. Mereka yang menjadi asisten guru ini dapat menggunakan kesempatan ini sebagai ajang pembelajaran untuk menambah kemampuan belajar mengajar. Pada awalnya guru-guru berasal dari umat berbahasa mandarin sendiri. Tetapi kemudian murid yang sudah belajar sejak tahun 1999 dan dianggap mampu juga ditarik menjadi guru. Selain itu ada juga guru-guru yang bukan berasal dari alumni sekolah bahasa mandarin St Yoseph bahkan ada yang bukan umat katolik tetapi yang mau melakukan pelayanan di Gereja.
Sekolah bahasa mandarin di hari minggu tidak hanya memberikan bekal ilmu tetapi juga bekal rohani. Maka pada setiap pelajaran juga diselipkan dengan doa-doa bernuansa katolik pada awal dan akhir pelajaran.
Kerja keras dari lembaga kecil ini tidak hanya menggembirakan kita tetapi juga membanggakan. Hasil dari usaha yang tidak mengenal lelah ini sekarang sudah bisa kita lihat seperti. Diantaranya adalah pada tahun 2008 menjuarai berbagai lomba yang diadakan oleh 4 Gereja Mandarin di Jakarta, tahun 2009 dikunjungi dan diwawancara oleh Metro TV, karangan murid sekolah minggu di majalah tahunan Gereja Mandarin dan yang paling nyata adalah pelayanan misa di Gereja tiap bulan di minggu terakhir berupa pembacaan Injil, doa umat dan koor oleh murid-murid sekolah minggu.
Proficiat dan Maju terus
Salam dan doa
Ignashuang CDD
Dari berbagai sumber, dan Mudika Costantini Rita dan Lin hong zhong
Kapel St Yoseph yang dipercayakan penggembalaannya kepada imam-imam CDD telah lama menyelenggarakan misa berbahasa mandarin. Antusiasme kehadiran umat cukup menggembirakan. Kapel yang termasuk cukup besar ini terisi penuh pada setiap misa minggu. Tahun-tahun terakhir ini, jumlah kehadiran umat yang berusia muda cukup mengejutkan karena jumlahnya dapat dikatakan cukup banyak.
Misa bahasa mandarin dapat tetap berlangsung jika ada umat yang menginginkan dan bisa berbahasa mandarin dengan baik dan benar. Bahkan harus dikatakan bahwa misa dengan bahasa mandarin hanya dapat diresapi dan di apresiasi jika penggunaan bahasa mandarin menjadi bahasa ibu atau bahasa sehari-hari dalam keluarga. Menilik perkembangan dan usaha-usaha yang luar biasa yang dicanangkan oleh pemerintah dan juga masyarakat, kita dapat mengatakan bahwa masa depan bahasa mandarin akan semakin cerah dan menggembirakan.
Berangkat dari kenyataan ini dan berdasarkan inisiatif dari umat berbahasa Mandarin yang mengikuti misa di Kapel Sekolah Santo Yoseph, Dwiwarna, Mangga Besar, Jakarta Pusat agar misa berbahasa Mandarin dapat tetap berjalan dan ada regenerasi maka dibukalah kelas belajar bahasa Mandarin di Sekolah Santo Yoseph. Kegiatan ini menjadi tanggung jawab umat berbahasa mandarin kapel St Yoseph yang saat ini digembalakan oleh Pater Hilarius CDD. Kelas tersebut diadakan setiap hari Minggu setelah selesai misa. Dan kegiatan ini dimulai tahun 1997 yang di motori oleh Ibu Teni (丁妮娘老師) dan Ibu Dian (陳慧芳老師). Pada awal mulanya, kelas ini hanya dibuka 1 kelas dan diperuntukkan bagi teman-teman Misdinar saja. Seiring berjalannya waktu, maka dibukalah kelas untuk umum yang berlanjut sampai sekarang. Kegiatan ini tidak terjadi begitu saja dan tentu saja banyak sekali suka duka yang dihadapi seperti kekurangan murid dan guru.
Sejak tahun 2008, karena adanya renovasi Sekolah Santo Yoseph dimana kegiatan sekolah bahasa mandarin berlangsung, maka kegiatan pembelajaran bahasa Mandarin ini pindah ke tempat pelayanan umat berbahasa mandarin (華語聯絡處) sampai sekarang. Sejak 2008, kelas bahasa mandarin ini sudah bertambah hingga mencapai tujuh kelas dengan tingkat yang berbeda-beda. Kelas tersebut dibagi menjadi 2 bagian besar yakni kelas anak kecil dan kelas umum.
Antusiasme masyarakat yang ingin mengenal dan mempelajari bahasa mandarin semakin banyak dan selaras dengan perkembangan di Indonesia yang mulai menggalakkan penggunaan bahasa mandarin ini, animo masyarakat semakin besar dan membuat banyak orang berminat belajar bahasa mandarin. Hal ini terbukti sampai dengan tahun 2010 ini jumlah murid yang belajar mencapai 160 orang yang berasal dari berbagai latar belakang dan agama.
Guru-guru yang mengajarpun bertambah menjadi 16 orang guru dengan 4 orang asisten guru dari berbagai usia dan agama dan latar belakang pendidikan. Mereka yang menjadi asisten guru ini dapat menggunakan kesempatan ini sebagai ajang pembelajaran untuk menambah kemampuan belajar mengajar. Pada awalnya guru-guru berasal dari umat berbahasa mandarin sendiri. Tetapi kemudian murid yang sudah belajar sejak tahun 1999 dan dianggap mampu juga ditarik menjadi guru. Selain itu ada juga guru-guru yang bukan berasal dari alumni sekolah bahasa mandarin St Yoseph bahkan ada yang bukan umat katolik tetapi yang mau melakukan pelayanan di Gereja.
Sekolah bahasa mandarin di hari minggu tidak hanya memberikan bekal ilmu tetapi juga bekal rohani. Maka pada setiap pelajaran juga diselipkan dengan doa-doa bernuansa katolik pada awal dan akhir pelajaran.
Kerja keras dari lembaga kecil ini tidak hanya menggembirakan kita tetapi juga membanggakan. Hasil dari usaha yang tidak mengenal lelah ini sekarang sudah bisa kita lihat seperti. Diantaranya adalah pada tahun 2008 menjuarai berbagai lomba yang diadakan oleh 4 Gereja Mandarin di Jakarta, tahun 2009 dikunjungi dan diwawancara oleh Metro TV, karangan murid sekolah minggu di majalah tahunan Gereja Mandarin dan yang paling nyata adalah pelayanan misa di Gereja tiap bulan di minggu terakhir berupa pembacaan Injil, doa umat dan koor oleh murid-murid sekolah minggu.
Proficiat dan Maju terus
Salam dan doa
Ignashuang CDD
Dari berbagai sumber, dan Mudika Costantini Rita dan Lin hong zhong
Uskup Agung Pontianak bertandang ke Komunitas CDD Jakarta
16 Desember 2010 sekitar pukul 13.00, Pater Hilarius CDD dan Fr Ignas CDD yang sedang istirahat sambil ngobrol-ngobrol ringan dikejutkan dengan telepon dari secretariat yang berada di lantai satu.
“Pater …ada Uskup Agung Pontianak sedang naik ke atas , ke tempat pater”.
Begitu bunyi telepon yang masuk dan kami cepat cepat menuju ke pintu masuk ruang lantai 3. Apa benar Mgr Hieronimus berkunjung ke sini ? tidak berapa lama, tampaklah Uskup Agung Pontianak, Mgr Hieronimus Bumbun OFM Cap bersama dengan beberapa umat yang menemani beliau.“Selamat siang Monsinyur dan selamat datang”. Begitu kami menyapa Bapa Uskup Agung Pontianak ini. Sebenarnya kami cukup terkejut dengan kehadiran Uskup Agung Pontianak karena kedatangan beliau tanpa pemberitahuan sebelumnya. Setelah menyalami dan dipersilakan duduk, barulah kami tahu bahwa beliau sedang memeriksakan matanya di Jakarta dan berkenan mampir sejenak di komunitas CDD Jakarta.
Pater Hilarius CDD menjelaskan banyak hal kepada beliau tentang komunitas CDD di Jakarta dan karya-karya yang dilakukan di keuskupan Agung Jakarta. Uskup Agung Pontianak yang ahli misiologi ini mendengarkan dengan seksama sambil sekali-kali bertanya. Suasana pertemuan berlangsung dengan penuh canda tawa apalagi umat yang menemani beliau juga ada yang berasal dari Selakau dan satu paroki dengan Fr Ignas CDD yang juga sedang berada di KOmunitas CDD Jakarta.
Kunjungan mendadak ini diakhiri dengan cukup cepat karena Bapa uskup harus segera kembali ke bandara untuk terbang kembali ke Pontianak. Beberapa umat yang berada di secretariat dan berasal dari keuskupan Agung Pontianak namun sudah lama tinggal di Jakarta sempat berfoto bersama.
Terima kasih Bapak Uskup dan semoga sehat selalu
Salam dan doa
Ignas Huang CDD
Subscribe to:
Posts (Atom)