Dalam hidup, orang harus memiliki strategi agar dapat survive. Salah satu strategi adalah memaknai peristiwa atau pengalaman masa lampau, bukan memuaskan kerinduan atau nostalgia, tetapi untuk situasi saat ini, sekaligus utk merancang masa depan. Hasil utama dari survival adalah identitas diri.
Misalnya: bangsa Israel yang di mesir selama 450thn. Mereka memaknai pengalaman pahit perbudakan itu, maka muncul kesadaran di saat itu bahwa mereka tidak boleh tunduk pada, harus mengubah nasib. Maka muncullah peristiwa exodus. Setelah itu mereka pun ingin menjadi bangsa yg kuat, muncullah Saul, Daud, Salomo. Kemudian, sewaktu mereka dicerai beraikan, mengalami krisis sebagai bangsa, direndahkan sebagai bangsa buangan, mereka tidak tunduk pada nasib; mereka ingin bangkit lagi. Para nabi diutus untuk mengingatkan bahwa mereka adalah bangsa pilihat, umat Allah sendiri. Sepuluh suku yang tinggal di kerajaan Utara, karena melupakan hal yang paling pokok dalam kehidupan mereka, dan mulai kawin campur dengan suku-suku lain, mulai meninggalkan Allah, maka kesepuluh suku tersebut hilang. Sementara itu suku Yehuda yang berada di Selatan selalu menyegarkan memoria mereka akan panggilan Allah kepada mereka, akan status mereka sebagai bangsa terpilih, mereka mampu bertahan menghadapi segala tekanan. Memoria mereka menjadi pegangan dalam menampilkan jati diri mereka; memoria ini menjadikan mereka tidak hilang diterjang segala macam bahaya yang mengancam eksistensi mereka. Bahkan mereka dapat menyebarkan memoria mereka kepada banyak bangsa di dunia. Dan tentu saja, inilah yang membuat mereka tetap eksis sampai hari ini.
Begitu juga dengan bangsa China, yang senantiasa preserve memory mereka. Mereka bangga akan sejarah mereka yang panjang. Melalui sejarah yang panjang ini, mereka belajar banyak dari kesalahan, bisa mengembangkan diri melalui pengalaman yang baik dan ajaran-ajaran para bijak, maka tidak heran mereka bisa menjadi bangsa yang besar dan kuat. Bahkan mereka bisa bertahan dan bangga bila makan menggunakan sumpit, meskipun banyak orang sudah biasa menggunakan pisau, sendok dan garpu.
Pada saat orang berada pada titik terendah hidupnya, apabila dia melupakan memory-nya, maka dia akan berhenti dari eksistensinya. Dia akan punah dengan sendiri karena kehilangan identitas. Tidak ada alasan baginya untuk bertahan hidup, dan kehilangan makna eksistensinya.
Banyak ordo dan kongregasi besar menjadi besar bukan karena jumlah anggotanya banyak, namun karena mereka memiliki memoria akan sejarah eksistensinya, menggalinya dan senantiasa menyegarkannya. Merayakan pendiri mereka, memperingati tokoh-tokoh pembaharu dalam tarekatnya merupakan suatu upaya yang utama dalam menyegarkan memoria tarekat tersebut. Selain itu senantiasa memaknai peristiwa saat itu dan ini (teristimewa pengalaman buruk) akan membuat mereka semakin sadar dan menghargai eksistensinya, serta membuat mereka tetap survive. Memoria inilah yang menjadi jati diri tarekat tersebut, yang membuatnya memiliki kekhasan dan berbeda, lain dari yang lain.
