Congregatio Discipulorum Domini

Para anggota Congregatio Discipulorum Domini (Kongregasi Murid-murid Tuhan) menghayati hidupnya sebagai murid dan senantiasa belajar pada Yesus Kristus, sang Guru Agung. Kunjungan kepada Sakramen Mahakudus menjadi ungkapan cinta dan penyerahan diri secara total. Dari sinilah para anggota menimba kekuatan untuk karya kerasulannya sebagai murid yang diutus untuk mempersiapkan orang menyambut Kristus di dalam hidupnya (bdk. Luk 10:1-12).

24 April 2009

Sudut ini adalah sudut refleksi novisiat yang memuat berbagai hasil refleksi yang dikerjakan oleh para novis CDD. Refleksi yang dibuat oleh para novis ini dapat berupa hasil refleksi dari pelajaran yang diperoleh maupun suatu studi mandiri yang dilakukan secara bebas. oleh sebab itu, hasil refleksi ini tidak mereprensentasikan spiritualitas CDD secara resmi. Dengan kata lain, hasil refleksi yang dituliskan disini melulu adalah suatu refleksi yang bersifat pribadi dan mandiri. silahkan Anda memberi komentar atau masukan bagi para penulis-penulis ini. Terima kasih
Untuk edisi perdana ini, kami tampilkan hasil refleksi yang dibuat oleh para frater dan Bruder CDD dalam pelajaran Sejarah Bapa Pendiri dan Kongregasi CDD

Aku Hidup di Dalam Celso Costantini
Fr.Andreas Setiadi CDD

“Tidak ada satu pun di dunia ini yang dapat menggantikan ketekunan dan keteguhan hati. Itulah kunci sukses” (Calvin Coolidge). Kata-kata ini telah dibuktikan oleh Celso Costantini sendiri. Jika saya membaca ataupun mendengar tentang Celso Costantini, salah satu hal yang sangat menarik dan menonjal dari sosok Celso Costantini bagi saya adalah ketekunan dan keteguhan hatinya. Semanganya untuk berjuang, telah membuahkan hasil yang luar biasa di dalam hidupnya. Saya melihat di dalam perjalanan hidupnya, bukannnya tanpa hambatan. Seperti halnya kehidupan normal setiap manusia, tentu tidak terbebas dari yang namanya “hambatan dan cobaan”. Namun, yang membedakan kehidupan Celso Costantini dengan orang lain adalah semangatnya, fighting spirit, yang dimilikinya, sehingga seluruh hambatan dan cobaan itu sungguh dapat menjadi “teman” dan juga sekaligus menjadi “guru” yang mengajarinya untuk menjadi dewasa di dalam hidup, mengajari bagaimana caranya untuk menjadi “pemenang” di dalam hidup.
Semuanya itu ditambah dengan imannnya yang sungguh besar kepada Tuhan, sehingga semangat juangnya itu menjadi semakin mengagumkan bagi saya. Di dalam kesulitannya, ia tidak hanya mengandalkan kekuatannya sendiri. Namun melalui doa, ia mencoba membuka diri bagi rahmat kemurahan Tuhan, dan dengan penuh iman menyerahkan seluruh kesulitannya kepada Tuhan. Dengan berdoa, ia merasa memperoleh kekuatan yang dapat meneguhkan dirinya. Dengan begitu, ia dapat membuang semua keraguan hatinya, terus melangkah menerobos seluruh hambatan-hambatan, dan ia sungguh menjadi pemenang atas hidupnya sendiri.
Jika saya mencoba melihat pada diri saya sendiri, sering kali saya menyerah, mengaku kalah kepada hambatan-hambatan dan cobaan-cobaan yang ada. Bukannya tanpa semangat juang saya menghadapinya, tetapi karena tidak adanya kesabaran dan ketekunan dari dalam diri, maka semangat itu menjadi luntur, apalagi jika menghadapi hambatan-hambatan yang semakin terjal. Namun, dengan melihat pada pribadi Celso Costantini, sungguh dapat menjadi motivasi tersendiri bagi saya. Semangat juangnya sungguh dapat memompa diri saya untuk lebih keras lagi berjuang, terutama di dalam hidup panggilan saya, demi menjadi seorang Costantinian sejati. Bagaimanapun, harus diakui bahwa tidak ada yang instan dalam hidup ini. Segala sesuatu ada prosesnya, dan di dalam proses itulah muncul segala suka-duka hidup yang dapat mengajari seseorang untuk menjadi dewasa di dalam hidup. Seseorang tidak harus menjadi sempurna untuk mencapai cita-cita dan harapan hidupnya. Bagi saya, apa yang perlu untuk mencapai cita-cita dan harapan hidup adalah menetapkan hati dengan penuh ketekunan dan keteguhan hati, dan disertai dengan doa yang tak kunjung putus, serta percaya bahwa Tuhan akan menyempurnakan diriku dengan curahan rahmat kasin-Nya, karena “yang percaya kepada-Nya, tidak akan dikecewakan” (Sir 15:4).
Cobaan dan hambatan seharusnya bukan merupakan hal-hal yang “wajib” dihindari, namun merupakan hal-hal yang wajib dilalui, yang dihadapi demi mencapai pendewasaan hidup, sehingga dapat memungkinkan seseorang lebih maju di dalam panggilan hidup mereka masing-masing. Sebab, Tuhan sendiri bersabda: “Anakku, jikalau engkau bersikap untuk mengabdi kepada Tuhan, persiapkanlah dirimu untuk menghadapi percobaan. Hendaklah hatimu tabah dan teguh. Berpautlah kepada Tuhan” (Sir 2:1-2). Sungguh jelas dijabarkan melalui sabda-Nya, bahwa percobaan itu pasti akan ada. Hanya dengan ketekunan di dalam kesabaran dan keteguhan hati, serta berpaut kepada-Nya melalui doa, maka segala percobaan di dalam hidup dapat dilalui.
Sekilas hal-hal itiu nampaknya mudah, begitu sederhana. Namun saya sadar bahwa kenyataan berbanding terbalik dengan perkiraanku, segalanya tudak semudah dan sesederhana perkiraanku. Tetapi bukan berarti saya tidak mungkin untuk melampauinya. Apa yang kini saya perlukan adalah menghidupkan di dalam diri saya, semangat ketekunan dan keteguhan hati dari Celso Costantini, dan ditambah dengan doa penuh pengharapan kepada-Nya, maka niscaya segala hal baik akan menjadi nyata di dalam hidup. Di dalam Kitab Suci sendiri tertulis bahwa:”Bapamu akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya” (Mat 7:11). Maka dengan penuh pengharapan, kini saya meminta kepada-Mu , ya Bapa!
Tentu masih banyak nilai-nilai keutamaan yang dapat ditemukan dalam diri Celso Costantini. Tapi bagi saya, ketiga keutamaan inilah (ketekunan, keteguhan hati, dan iman kepada Tuhan) merupakan yang terpenting di dalam hidup untuk mencapai keberhasilan. Tentu saya tidak tertutup terhadap pandangan-pandangan yang berbeda dari saya, karena dengan menerima pandangan yang berbeda dari orang lain, saya dapat semakin kaya di dalam pengenalan saya akan Celso Costantini. Bagaimanapun baru sekitar 6 bulan saya mengenal Celso Costantini. Saya tidak berani dan tidak bisa menyatakan bahwa saya sungguh mengenalnya. Seperti halnya perkenalan para murid pertama dengan Yesus (Yoh 1:35-51). Para murid pertama itu tidak langsung begitu saja memutuskan untuk pergi mengikuti Yesus menjadi murid-Nya. Tapi melalui proses-proses dan tahapan, maka mereka dengan mantap dapat memutuskan untuk mau mengikuti-Nya, menjadi murid-Nya, bahkan mewartakan-Nya kepada orang lain. Proses yang maksud di sini adlah bagaimana mereka (murid pertama) melihat-mengikuti-tinggal (hingga mereka memperoleh jawaban atas apa yang mereka cari) dan kemudian timbul keinginan untuk mengikuti-Nya, menjadi murid-Nya. Saya melihat bagaimana pertama-tama melalui pewartaan Yohanes Pembaptis, mereka “melihat” Yesus, setelah melihat, mereka memutuskan mencoba mengikuti-Nya karena timbul suatu ketertarikan (Yoh 1:36-37). Dan di dalam “mengikuti” itu, melalui ajakan Yesus mereka mencoba untuk tinggal bersam-Nya (Yoh 1:39). Di dalam proses “tinggal bersama-Nya” inilah para murid sungguh mengenal siapa itu Yesus, sehingga mereka memutuskan mengikuti-Nya sebagai murid, dan juga mewartakan-Nya kepada orang lain (Yoh 1:41). Sama seperti para murid, melalui suatu proses, saya pun demikian. Kini saya pun mengalami proses yang bisa saya katakan nyaris serupa dengan para murid dalam pengenalan saya dengan Celso Costantini. Melalui pewartaan dari orang lain, dalam hal ini para anggota CDD yang pernah saya temui (baik secara lisan maupun tulisan), timbul ketertarikakn dari dalam diri saya untuk “melhat” serta “mengikuti” Celso Costantini, dan akhirnya kini saya “tinggal” bersamanya di rumah Novisiat ini. Bagi saya, 6 bulan bukanlah waktu yang panjang untuk mengenal seseorang, apalagi jika saya hanya dapat mengenalnya melalui buku-buku maupun pengajaran serta pewartaan dari orang lain. Jujur saya bakui bahwa hingga kini saya belum dapat mengenal Celso Costantini secara mendalam. Kini saya masih berada di dalam proses “tinggal” bersamanya, mencoba untuk lebih baik mengenalnya, sehingga lewat pengenalan yang mendalam, semoga saya dapat menjadi seorang Costantinian sejati dan dapat memperkenalkan keutamaan-kekutamaannya kepada orang lain.

Fr. Andreas Setiadi Irwan, CDD

06 April 2009

triduum HUT CDD

href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CGustili%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml">

Triduum dan Ziarah dalam rangka 78 tahun berdirinya CDD

Di Komunitas Novisiat CDD Biara Fatima - Batu

31 Maret 1931 - 31 Maret 2009

September 1926, Uskup Agung Celso Costantini (kelak menjadi cardinal) delegatus apostolic pertama untuk China mendampingi enam calon uskup pribumi dari China menuju ke Kota Roma untuk ditahbiskan menjadi uskup oleh Paus Pius XI. Dalam perjalanan menuju ke kota Roma dengan menggunakan kapal laut ini, Celso Costantini menunjukkan draf konstitusi untuk pendirian Kongregasi Murid-Murid Tuhan kepada calon uskup Chao untuk keuskupan Xuanhua (kelak di keuskupan ini berdiri rumah induk CDD yang pertama) dan calon uskup Sun untuk keuskupan An-guo.

Setelah tiba di Kota Roma, draft ini diserahkan kepada Kardinal Van Rossum, prefek propaganda Fide. Saat itulah dimulai secara resmi usaha untuk mendapatkan ijin bagi pendirian sebuah kongregasi local pribumi pertama di China yang disebut CDD.

Pada 1 April 1927, Kardinal Van Rossum menerima dan menyetujui konstitusi CDD yang diserahkan oleh Celso Costantini. Segera sesudah itu, usaha-usaha untuk mengembangkan CDD dimulai ! Pembelian tanah untuk mendirikan rumah induk dan rumah pendidikan serta penerimaan calon anggota segera berlangsung. Semua usaha ini tampak semakin menggembirakan tatkala pada 31 Maret 1931, secara resmi Bapa Suci menerima dan mengijinkan berdirinya Kongregasi Murid-murid Tuhan. Maka CDD secara resmi diakui dan menjadi bagian dari gereja universal.

Oleh sebab itu, Hari ini pantas disyukuri, dirayakan dan dikenang sebagai hari jadi bagi kongregasi Murid-murid Tuhan. Para anggota dan semua saja yang bernaung dan mendapat berkat atas berdirinya CDD layak dan pantas bersyukur kepada Tuhan. Untuk itu, komunitas novisiat CDD yang berada di kota Batu menyelenggarakan triduum untuk mengenang dan menghayati kembali peristiwa yang sangat bermakna bagi CDD ini. Triduum dimulai dari tgl 28 sampai 30 Maret 2009.

Triduum yang dilakukan oleh komunitas novisiat ini berjalan dengan baik dan mengesan. Acara triduum diisi dengan mendengar dan merenungkan kembali beberapa wejangan bapa pendiri sehubungan dengan hidup bersama dalam kongregasi. Susunan acara triduum adalah Ibadat sore, litany sakramen mahakudus, doa Rosario dengan intense khusus selama tiga hari berturut-turut untuk Perkembangan dan perluasan kongregasi Murid-Murid Tuhan serta untuk kesejahteraan dan ketenteraman arwah seluruh anggota CDD yang telah meninggal. Setelah doa Rosario, dibacakan wejangan bapa pendiri yang diambil dari Induite Vos Armaturam Dei (IVAD) dengan tema berturut-turut : Anugerah panggilan (IVAD 8), Semangat bernyala (IVAD 17) dan sehati sejiwa (IVAD 16). Setelah itu ada masa hening sejenak.

Seluruh rangkaian acara triduum ditutup dengan ziarah rohani ke Gua Maria Pohsarang. Tgl 31 Maret 2009, setelah misa bersama, Rm Magister CDD bersama dengan para novis meluncur ke Kediri menuju ke Gua Maria Pohsarang. Sesampai di Pohsarang, rm Sukamto dan para frater mengadakan ibadat jalan salib dan berakhir di gua Maria. Didepan Bunda Maria, Rm Sukamto memimpin doa bersama dan menyampaikan ujud-ujud khusus untuk kongregasi.


Setelah acara selesai, komunitas novisiat CDD Batu sempat singgah ke provinsialat suster-suster Putri Kasih (PK). Disana kami bertemu dengan para suster Putri Kasih, kebetulan ada Sr Anna Pk yang baru saja menyelesaikan tugasnya sebagai provincial PK untuk periode kedua dan juga dikenal oleh Rm Sukamto CDD. Disamping itu, kami juga sempat bertemu dengan Sr Viktorin PK provincial atau visitatris baru PK dan ada juga seorang suster PK yang berasal dari Filipina yang akan tinggal di Indonesia untuk tiga bulan. Dalam kunjungan singkat ini, para frater CDD diperkenalkan tentang usaha dan gerakan mencintai alam dan lingkungan hidup yang sedang digalakkan oleh Suster-suster Putri Kasih. Dalam ini terutama usaha untuk mendaur ulang barang-barang berupa plastic dan sejenisnya. BUmi semakin panas dan iklim tak lagi bersahabat dengan manusia maka kita perlu berusaha untuk mengembalikan keaslian dari alam ciptaan ini.

Setelah beberapa saat berada di provinsialat Putri Kasih, rombongan komunitas CDD BAtu segera meluncur untuk kembali ke kota Batu.. Sebelum kembali ke Batu, komunitas CDD Batu sempat mngunjungi tempat perkuburan bersama antara CM dan PK yang baru saja diresmikan.

Disitu Rm Sukamto mengajak para frater dan bruder untuk mendoakan Rm Rekso yang adalah salah satu dosen STFT yang beberapa waktu yang lalu baru saja meninggal. Rm Rekso adalah seorang dosen yang sangat mencintai dan mengajar para mahasiswa untuk berfilsafat dari budaya setempat. Suatu semangat yang cocok dengan spiritualitas Celso Costantini yakni berangkat dari budaya setempat. Akhirnya seluruh rangkaian ziarahpun selesai.


Semoga pesta berdirinya CDD semakin meneguhkan hidup beriman dan terutama hidup panggilan seluruh anggota CDD dimanapun berada. Bapa Celso Berkata Tuhan telah memilih anggota Murid-murid Tuhan sebagai buah sulung bagi kongregasi CDD dan dasar ini harus kuat, tegar, harmonis agar dapat tetap bertahan terhadap godaan apapun (Ivad 8)

Salam dan doa

Ignashuang CDD