Congregatio Discipulorum Domini
Para anggota Congregatio Discipulorum Domini (Kongregasi Murid-murid Tuhan) menghayati hidupnya sebagai murid dan senantiasa belajar pada Yesus Kristus, sang Guru Agung. Kunjungan kepada Sakramen Mahakudus menjadi ungkapan cinta dan penyerahan diri secara total. Dari sinilah para anggota menimba kekuatan untuk karya kerasulannya sebagai murid yang diutus untuk mempersiapkan orang menyambut Kristus di dalam hidupnya (bdk. Luk 10:1-12).
23 December 2009
CDD hadir di Keuskupan MEDAN
Sejarah mencatat bahwa pada tahun 1949, seorang imam CDD Pastor Yoseph Wang CDD pernah menginjakkan kaki di keuskupan Medan. Namun karena permintaan Mgr. J.A. Albers O.Carm., Pastor Wang kemudian pindah ke Malang untuk melayani umat yang membutuhkan pelayanan CDD. Setelah lebih kurang 60 tahun berlalu, pada hari ini 28 Oktober 2009, Kongregasi Murid-murid Tuhan menjalin kembali kerjasama dengan keuskupan Medan dengan mengirim Pastor Laurentius Prasetyo CDD untuk pergi dan menjalankan tugas perutusan di Keuskupan Medan. Beliau akan tinggal dan membantu di salah satu Paroki di Kota Medan. Pastor Prasetyo CDD yang terkenal dengan ayat-ayat cantiknya berangkat ke kota Medan dihantar oleh Pastor Yuki CDD, wakil provincial CDD Indonesia. Selamat bertugas dan sukses selalu dalam Tuhan.
Malam Penyegaran Rohani
Mandarin Centre yang dipusatkan di Pusat Pelayanan Pastoral kategorial bahasa Mandarin yang ditangani oleh imam-imam CDD pada tgl 8 Agustus 2009, berhasil mengadakan malam doa dan kesenian sebagai salah satu bentuk pewartaan di kota Jakarta. Pastor Hilarius Sutiono CDD dipercaya untuk mengkoordinir dan melaksanakan kegiatan bertaraf international ini. Kegiatan ini didukung dan dibantu oleh umat berbahasa mandarin. Dalam kegiatan ini sejumlah besar umat katolik muda dari berbagai Negara seperti Hongkong, Singapura dsbnya berhasil diundang dan hadir di Jakarta. Mereka datang dan mengadakan malam pelayanan di Jakarta. Ribuan umat hadir memadati hall yang disediakan oleh panitia. Ada satu hal menarik dalam kegiatan ini yakni gerakan “satu umat membawa satu teman yang belum katolik”. Acara berlangsung dengan baik dan meninggalkan kesan mendalam bagi para peserta. Rupanya pelayanan umat berbahasa mandarin dari hari ke hari semakin dibutuhkan oleh umat, demi penyelamatan jiwa-jiwa.
Pertemuan Antar Propinsi CDD dengan Pater General
Dari tgl 8 sd 10 Okt 2009 diadakan pertemuan antar provinsi CDD dengan Generalat CDD yang berkedudukan di Taiwan. Dalam pertemuan ini, setiap propinsi memberikan Laporan tentang situasi dan kegiatan setiap propinsi. Pertemuan ini juga membicarakan tentang kerja sama antar propinsi dan generalat. Pertemuan dwi tahunan ini terasa istimewa karena juga diikuti dengan persiapan kapitel generalat yang akan diadakan pada tgl 8 November 2010 di Taipei. Pertemuan antar propinsi yang diadakan di Taipei, Taiwan ini berlangsung dalam semangat persaudaraan. Dalam pertemuan ini juga dibicarakan tentang persiapan provinsi CDD Indonesia untuk misi ke Cina bagian selatan. Marilah kita mempersiapkan diri untuk memulai suatu karya misi ke luar negeri.
Renovasi Rumah Studen CDD

Kaul Perdana Para Novis Angkatan 2009

Inilah empat orang yang mengucapkan kaul perdananya :
(1) Fr. Petrus Diaz CDD dari keuskupan Larantuka
(2) Fr. Andreas Setiadi CDD dari keuskupan Agung Pontianak
(3) Br. Romansa CDD dari Keuskupan Sanggau
(4) Fr.Alexander Ignatius Sujasan dari Keuskupan Agung Pontianak
Retret Tahunan dan Seminar Kepemimpinan Celso Costantini
Hidup pelayanan yang terus menerus dari para imam dan bruder CDD sepanjang tahun adalah suatu karya yang agung dari Tuhan sendiri. Namun pelayanan yang terus menerus juga membutuhkan suatu saat hening atau saat “berhenti” untuk meninba kekuatan baru dari Tuhan. Oleh sebab itu, Para imam dan bruder CDD mengadakan retret tahunan CDD yang dibimbing oleh Romo Sebastian OCSO. Seusai Retret dilanjutkan dengan seminar kepemimpinan menurut Celso Card. Costantini yang disampaikan oleh Rm. Yuki,CDD. Semua kegiatan ini berlangsung di Dharmaningsih Pacet dari tgl 29 Juni sd tgl 4 Juli 20. Semoga semangat baru menyemangati para imam dan bruder CDD dalam tugas-tugas mendatang.
Kunjungan Superior General CDD


Penerimaan Novis Baru CDD


(1) Benediktus Tety Akoit berasal dari Paroki St Yosep, Manamas-Timor, Keuskupan Atambua.
(2) Bernadus Junianto berasal dari Paroki St Yosep, Ngawi, Keuskupan Surabaya.
(3) Hendrique de Jesus Tapo , berasal dari Paroki Ratu Damai, Fulur, Atambua.
(4) Yanerius Mitan Tebuk, berasal dari paroki St Mikael, Nita, Maumere.
(5) Nikolaus Ena Hokeng, berasal dari Paroki St Maria Ratu Semesta Alam, Keuskupan Larantuka.
Mari kita mendoakan mereka semua agar dapat menjalani masa novisiat dengan penuh kegembiraan.
BUKU DOA PERINGATAN DALAM CDD
Tahun ini, Kongregasi Murid-Murid Tuhan menerbitkan sebuah buku doa lampiran untuk ibadat harian yang berisi para santo pelindung dan peringatan-peringatan dalam CDD. Buku ini masih bersifat ad experimentum dan diharapkan agar para konfrater memberikan apresiasinya dengan mengirimkan kritikan yang konstruktif untuk penyempurnaan buku ini. Buku doa ini ditulis dan disusun oleh Fr A. Ignatius Sujasan CDD dan diberi judul Benedicite Domino Omnia Opera Eius.
PENERBITAN BUKU SEJARAH CDD AWALI
Untuk mengenal sejarah CDD dengan baik dan mendalam dibutuhkan suatu sarana yang memadai. Dalam hal ini, kita dapat menelusurinya melalui suatu buku sejarah. Untuk itu, provinsialat CDD Indonesia menerbitkan sebuah buku yang ditulis oleh Fr A. Ignatius Sujasan CDD dengan judul “Dari Xuanhua Menuju ke Taiwan”. Buku ini berbicara soal CDD awali dan perkembangannya sampai awal tahun 2000-an. Dalam arti tertentu, buku ini merupakan buku pertama tentang sejarah CDD awali dalam bahasa Indonesia yang cukup lengkap. Meskipun demikian, buku ini masih akan terus disempurnakan dengan masukan-masukan dari para konfrater. Maka diharapkan agar para konfrater membaca buku ini dan memberikan tanggapannya.
PENERBITAN BUKU SEJARAH CDD AWALI

SEMINAR FORMATIO CDD INTERNASIONAL
LOKAKARYA PROMOSI PANGGILAN KWI
Pastor Rudy Saleh CDD mengikuti Lokakarya Promosi Panggilan Hidup Bakti yang berlangsung dari tgl 11 sd 14 Mei 2009 yang diselenggarakan oleh Komisi Seminari KWI. Kegiatan ini berlangsung di wisma Samadi, klender Jakarta. Untuk mengakses berita ini, kita dapat membaca majalah Hidup no 21, 24 Mei 2009. Ketika di wawancarai oleh wartawan HIDUP, Pastor Rudy Saleh mengatakan bahwa untuk saat ini, jarang sekali ada doa bersama dan makan bersama dalam keluarga-keluarga katolik. Orang tua sibuk dengan urusannya dan anak - anak sibuk dengan berbagai kegiatan. Dalam kondisi demikian, keadaan semakin tak kondusif karena orangtua tidak menanamkan nilai nilai rohani kepada anak anaknya sejak dini. Padahal keluarga adalah seminari pertama dan utama. Bahkan harus dikatakan bahwa keluargalah yang menjadi tempat pertama dan utama dalam pembinaan iman anak. Mari kita memberi apresiasi Kepada Pastor Rudy Saleh dan kita ucapkan juga selamat berkarya di RRC Ambawang, Pontianak.
Semoga bekal lokakarya yang telah diikuti semakin membantu Pastor Rudy untuk berkarya di lading Tuhan. Layanilah anak anak, sebagaimana Yesus membiarkan anak anak datang kepadaNya lalu.
Semoga bekal lokakarya yang telah diikuti semakin membantu Pastor Rudy untuk berkarya di lading Tuhan. Layanilah anak anak, sebagaimana Yesus membiarkan anak anak datang kepadaNya lalu.
Iman Katolik: Pilih Pemakanan atau Kremasi
(FX Didik Bagiyowinadi Pr)
29 10 2009
Sebagai orang Katolik manakah yang boleh kita pilih: pemakaman atau kremasi? Keduanya diperbolehkan. Tetapi manakah yang sebaiknya dipilih, kita simak pernyataan Gereja ini, “Gereja menganjurkan dengan sangat, agar kebiasaan saleh untuk mengebumikan jenazah dipertahankan; namun Gereja tidak melarang kremasi, kecuali cara itu dipilih demi alasan-alasan yang bertentangan dengan ajaran kristiani” (Kan. 1176$3).
Prioritas pada Pemakaman Gereja memprioritaskan jenazah untuk dimakamkan daripada dikremasi dengan alasan:
1. Hal itu sesuai dengan praktek dalam Perjanjian Lama (Abraham, Ishak, Musa, dsb) dan Perjanjian Baru (Yesus, Stefanus). Bahkan Perjanjian Lama melihat jenazah yang tidak dikuburkan tetapi hangus dalam api sebagai hukuman Tuhan, mis. Sodom-Gomora (Kej 19:1-29), Jezebel (2 Raj 9:30-37),dan keturunan Ahab (1 Raj 21:17-24).
2. Dengan dimakamkan simbolisasi untuk dibangkitkan oleh Kristus pada akhir zaman menjadi lebih jelas. Demikian pula sesuai dengan ilustrasi St. Paulus seperti benih yang ditaburkan ke tanah (1 Kor 15).
3. Pada masa penganiayaan Gereja oleh kekaisaran Romawi, jenazah para martir dimakamkan secara rahasia di kuburan bawah tanah yang disebut dengan katakombe. Mereka tidak mengikuti kebiasaan kafir Romawi yang membakar jenazah.
4. Gereja Katolik baru mengizinkan praktek kremasi pada tahun 1969. Namun, dengan memberi catatan bahwa alasan kremasi tidak boleh bertentangan dengan iman kristiani.
Mengapa Kremasi Diperkenankan?
Ada banyak alasan mengapa orang Katolik memilih kremasi dan hal itu bisa diterima oleh Gereja. Misalnya, alasan higienis pada jenazah yang mempunyai penyakit menular. Alasan ekonomis karena sedikitnya lahan untuk pemakaman, misalnya di Singapura. Alasan praktis dalam kasus korban kecelakaan yang jenazahnya hancur. Atau, bisa jadi sekedar mengikuti tradisi dan kebiasaan leluhur tanpa harus menolak iman akan kebangkitan badan.
Kremasi dan Kebangkitan Badan
Dalam diskusi apakah kremasi itu tidak bertentangan dengan iman Kristen, salah satu hal yang dipersoalkan adalah bagaimana mungkin orang yang dikremasi bisa turut dalam kebangkitan badan? Untuk menjawab keberatan ini mari kita melihat ajaran St. Paulus dalam 1 Kor 15:44, “Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah”. Jadi, yang dibangkitkan pada akhir zaman nanti adalah tubuh rohaniah yang berbeda dengan tubuh alamiah yang dimakamkan, dikremasi, hilang di laut, hancur terkena bom Bali, ataupun dimangsa binatang liar. Bukankah tubuh alamiah yang dimakamkan pun akan terurai dengan tanah?
Bagaimanakah tubuh rohaniah itu? Gambaran tubuh rohaniah setelah kebangkitan bisa kita lihat pada Tubuh Yesus setelah kebangkitan, di satu pihak ada kemiripan dengan tubuh-Nya sebelum meninggal, ada lima luka di telapak tangan, lambung, dan kedua kaki. Tetapi, di lain pihak tidak sama persis dengan Tubuh-Nya saat disalibkan sehingga para murid sulit untuk langsung mengenali-Nya. Hal ini berbeda dengan kebangkitan Lazarus yang kemudian akan mati lagi.
Mungkin Anda bertanya, bagaimana mungkin tubuh yang dikremasi dan menjadi abu [sebenarnya partikel-partikel tulang itu bisa dibangkitkan oleh Tuhan? Jawabannya tentu saja Tuhan jauh lebih kuasa daripada pemikiran kita. Apalagi yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Dalam Kitab Wahyu 20:13 juga disebutkan penghakiman bagi mereka yang tidak dimakamkan, “Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya.” Jadi, apakah jenazah kita dimakamkan ataukah dikremasi kita tetap akan dihakimi dan dibangkitkan dalam tubuh rohaniah. Jiwa kita yang abadi tidak akan hilang, melainkan menerima kebahagiaan kekal atau hukuman kekal.
Alasan yang Bertentangan dengan Iman Katolik
Hukum Gereja di atas memberi syarat bahwa alasan kremasi tidak boleh bertentangan dengan iman Katolik, khususnya iman akan kebangkitan badan. Setidaknya ada dua alasan kremasi yang bertentangan dengan iman Katolik:
a. Orang-orang Yunani dan Romawi mengkremasi jenazah dengan alasan bahwa tubuh adalah penjara jiwa. Kematian justru melepaskan jiwa dari penjaranya. Maka mereka merasa tak perlu repot-repot lagi dengan jenazah yang bagi mereka sekedar penjara jiwa. Paham Yahudi-Kristiani melihat badan-jiwa-roh manusia adalah satu-kesatuan. Maka setelah kematian mereka menantikan adanya kebangkitan badan. Kebangkitan Yesus Kristus dari kematian memberi jaminan akan kebangkitan kita dan kemenangan atas kuasa maut.
b. Mereka yang menerima paham reinkarnasi menganggap bahwa kremasi akan mempercepat proses manusia lepas dari putaran reinkarnasi. Dalam paham panteisme, kremasi menjadikan jenazah orang itu segera bersatu dengan alam semesta. Paham demikian bertentangan dengan iman kristiani. Setiap orang diciptakan Tuhan secara unik. Pada akhir hidupnya masing-masing mesti mempertanggungjawabkan perbuatannya “Manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja dan sesudah itu dihakimi” (Ibr 9:27). Mungkin ada yang berpikir, apakah surga bisa menampung semua orang yang pernah hidup di dunia ini sejak zaman purbakala? Pemikiran demikian terlalu materialistis. Kita bisa memegang janji Tuhan Yesus sendiri, “Di rumah Bapa-Ku ada banyak tempat tinggal.”
Abu Kremasi Mesti Diapakan?
Dalam Order of Christian Funerals bagian Appendiks II no. 417 yang diterbitkan pada tahun 1997, diberikan catatan bagaimana kita mesti memperlakukan abu kremasi [sebenarnya partikel-partikel tulang]. Dua praktek yang dilarang adalah: penaburan/pelarungan abu kremasi ke laut/sungai, entah dari udara atau dari pantai, dan penyimpanan abu kremasi di rumah sanak kerabat atau sahabat. Gereja menganjurkan agar abu kremasi itu dimakamkan di pemakaman atau disemayamkan di mausoleum atau columbarium. Saat ini di tempat ziarah Pohsarang, Kediri, sudah ada tempat columbarium untuk menyemayamkan abu kremasi.
Gereja menganjurkan agar abu kremasi dimakamkan atau disemayamkan di mausoleum/columbarium agar ada tempat untuk mengingat pribadi yang meninggal sekaligus tempat kita berziarah dan berdoa.
Demikianlah beberapa hal yang mesti dipertimbangkan dalam memilih pemakaman atau kremasi. Maka dalam kondisi normal sebaiknya kita lebih memilih pemakaman Katolik. Namun bila suara hati kita condong memilih kremasi dengan alasan yang tidak bertentangan dengan iman Katolik, Gereja akan tetap melayani.
sumber : http://www.imankatolik.or.id/pilih_pemakaman_atau_kremasi.html
29 10 2009
Sebagai orang Katolik manakah yang boleh kita pilih: pemakaman atau kremasi? Keduanya diperbolehkan. Tetapi manakah yang sebaiknya dipilih, kita simak pernyataan Gereja ini, “Gereja menganjurkan dengan sangat, agar kebiasaan saleh untuk mengebumikan jenazah dipertahankan; namun Gereja tidak melarang kremasi, kecuali cara itu dipilih demi alasan-alasan yang bertentangan dengan ajaran kristiani” (Kan. 1176$3).
Prioritas pada Pemakaman Gereja memprioritaskan jenazah untuk dimakamkan daripada dikremasi dengan alasan:
1. Hal itu sesuai dengan praktek dalam Perjanjian Lama (Abraham, Ishak, Musa, dsb) dan Perjanjian Baru (Yesus, Stefanus). Bahkan Perjanjian Lama melihat jenazah yang tidak dikuburkan tetapi hangus dalam api sebagai hukuman Tuhan, mis. Sodom-Gomora (Kej 19:1-29), Jezebel (2 Raj 9:30-37),dan keturunan Ahab (1 Raj 21:17-24).
2. Dengan dimakamkan simbolisasi untuk dibangkitkan oleh Kristus pada akhir zaman menjadi lebih jelas. Demikian pula sesuai dengan ilustrasi St. Paulus seperti benih yang ditaburkan ke tanah (1 Kor 15).
3. Pada masa penganiayaan Gereja oleh kekaisaran Romawi, jenazah para martir dimakamkan secara rahasia di kuburan bawah tanah yang disebut dengan katakombe. Mereka tidak mengikuti kebiasaan kafir Romawi yang membakar jenazah.
4. Gereja Katolik baru mengizinkan praktek kremasi pada tahun 1969. Namun, dengan memberi catatan bahwa alasan kremasi tidak boleh bertentangan dengan iman kristiani.
Mengapa Kremasi Diperkenankan?
Ada banyak alasan mengapa orang Katolik memilih kremasi dan hal itu bisa diterima oleh Gereja. Misalnya, alasan higienis pada jenazah yang mempunyai penyakit menular. Alasan ekonomis karena sedikitnya lahan untuk pemakaman, misalnya di Singapura. Alasan praktis dalam kasus korban kecelakaan yang jenazahnya hancur. Atau, bisa jadi sekedar mengikuti tradisi dan kebiasaan leluhur tanpa harus menolak iman akan kebangkitan badan.
Kremasi dan Kebangkitan Badan
Dalam diskusi apakah kremasi itu tidak bertentangan dengan iman Kristen, salah satu hal yang dipersoalkan adalah bagaimana mungkin orang yang dikremasi bisa turut dalam kebangkitan badan? Untuk menjawab keberatan ini mari kita melihat ajaran St. Paulus dalam 1 Kor 15:44, “Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah”. Jadi, yang dibangkitkan pada akhir zaman nanti adalah tubuh rohaniah yang berbeda dengan tubuh alamiah yang dimakamkan, dikremasi, hilang di laut, hancur terkena bom Bali, ataupun dimangsa binatang liar. Bukankah tubuh alamiah yang dimakamkan pun akan terurai dengan tanah?
Bagaimanakah tubuh rohaniah itu? Gambaran tubuh rohaniah setelah kebangkitan bisa kita lihat pada Tubuh Yesus setelah kebangkitan, di satu pihak ada kemiripan dengan tubuh-Nya sebelum meninggal, ada lima luka di telapak tangan, lambung, dan kedua kaki. Tetapi, di lain pihak tidak sama persis dengan Tubuh-Nya saat disalibkan sehingga para murid sulit untuk langsung mengenali-Nya. Hal ini berbeda dengan kebangkitan Lazarus yang kemudian akan mati lagi.
Mungkin Anda bertanya, bagaimana mungkin tubuh yang dikremasi dan menjadi abu [sebenarnya partikel-partikel tulang itu bisa dibangkitkan oleh Tuhan? Jawabannya tentu saja Tuhan jauh lebih kuasa daripada pemikiran kita. Apalagi yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Dalam Kitab Wahyu 20:13 juga disebutkan penghakiman bagi mereka yang tidak dimakamkan, “Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya.” Jadi, apakah jenazah kita dimakamkan ataukah dikremasi kita tetap akan dihakimi dan dibangkitkan dalam tubuh rohaniah. Jiwa kita yang abadi tidak akan hilang, melainkan menerima kebahagiaan kekal atau hukuman kekal.
Alasan yang Bertentangan dengan Iman Katolik
Hukum Gereja di atas memberi syarat bahwa alasan kremasi tidak boleh bertentangan dengan iman Katolik, khususnya iman akan kebangkitan badan. Setidaknya ada dua alasan kremasi yang bertentangan dengan iman Katolik:
a. Orang-orang Yunani dan Romawi mengkremasi jenazah dengan alasan bahwa tubuh adalah penjara jiwa. Kematian justru melepaskan jiwa dari penjaranya. Maka mereka merasa tak perlu repot-repot lagi dengan jenazah yang bagi mereka sekedar penjara jiwa. Paham Yahudi-Kristiani melihat badan-jiwa-roh manusia adalah satu-kesatuan. Maka setelah kematian mereka menantikan adanya kebangkitan badan. Kebangkitan Yesus Kristus dari kematian memberi jaminan akan kebangkitan kita dan kemenangan atas kuasa maut.
b. Mereka yang menerima paham reinkarnasi menganggap bahwa kremasi akan mempercepat proses manusia lepas dari putaran reinkarnasi. Dalam paham panteisme, kremasi menjadikan jenazah orang itu segera bersatu dengan alam semesta. Paham demikian bertentangan dengan iman kristiani. Setiap orang diciptakan Tuhan secara unik. Pada akhir hidupnya masing-masing mesti mempertanggungjawabkan perbuatannya “Manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja dan sesudah itu dihakimi” (Ibr 9:27). Mungkin ada yang berpikir, apakah surga bisa menampung semua orang yang pernah hidup di dunia ini sejak zaman purbakala? Pemikiran demikian terlalu materialistis. Kita bisa memegang janji Tuhan Yesus sendiri, “Di rumah Bapa-Ku ada banyak tempat tinggal.”
Abu Kremasi Mesti Diapakan?
Dalam Order of Christian Funerals bagian Appendiks II no. 417 yang diterbitkan pada tahun 1997, diberikan catatan bagaimana kita mesti memperlakukan abu kremasi [sebenarnya partikel-partikel tulang]. Dua praktek yang dilarang adalah: penaburan/pelarungan abu kremasi ke laut/sungai, entah dari udara atau dari pantai, dan penyimpanan abu kremasi di rumah sanak kerabat atau sahabat. Gereja menganjurkan agar abu kremasi itu dimakamkan di pemakaman atau disemayamkan di mausoleum atau columbarium. Saat ini di tempat ziarah Pohsarang, Kediri, sudah ada tempat columbarium untuk menyemayamkan abu kremasi.
Gereja menganjurkan agar abu kremasi dimakamkan atau disemayamkan di mausoleum/columbarium agar ada tempat untuk mengingat pribadi yang meninggal sekaligus tempat kita berziarah dan berdoa.
Demikianlah beberapa hal yang mesti dipertimbangkan dalam memilih pemakaman atau kremasi. Maka dalam kondisi normal sebaiknya kita lebih memilih pemakaman Katolik. Namun bila suara hati kita condong memilih kremasi dengan alasan yang tidak bertentangan dengan iman Katolik, Gereja akan tetap melayani.
sumber : http://www.imankatolik.or.id/pilih_pemakaman_atau_kremasi.html
Subscribe to:
Posts (Atom)